Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) yang dilakukan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) telah berhasil menurunkan 83,72 miliar meter kubik air hujan selama 2015 dengan bahan semai 350 ton garam.
“Seminggu terakhir telah berhasil dijatuhkan hujan sebanyak 21,3 miliar meter kubik, meliputi Riau, Sumsel, Kalbar, Kalsel dan Kalteng,” kata Unggul Priyanto Kepala BPPT kepada wartawan di Pangkalan TNI Angkatan Udara Halim Perdana Kusuma, Jakarta, Minggu (1/11/2015) seperti dilansir Antara.
Unggul mengatakan, BPPT telah memulai TMC sejak 22 Juni di Riau selama beberapa hari, dilanjutkan ke Sumsel pada Juli, Jambi pada September, Kalbar pada Agustus dan Kalteng, serta Kalsel mulai 15 Oktober dengan menggunakan empat pesawat yakni satu unit CN 295 dan dua Casa 212-200 milik TNI serta satu milik Pelita.
Pelaksanaan TMC, menurut dia, selain tergantung dari keberadaan awan yang berpotensi hujan, juga sangat terkendala oleh keterbatasan pesawat, sementara pesawat BPPT hanya satu yang bisa dipakai, empat lainnya dalam perbaikan.
“Kami sudah mohon agar Menko Polhukam bisa membantu lagi. Sekarang TNI AU menambah satu unit Hercules C130 untuk operasi TMC yang segera dilakukan di wilayah Sumatera dan Kalimantan. Paling lambat akan diberangkatkan Senin (2/11/2015),” katanya.
Ia mengatakan, Hercules mampu membawa lima ton bahan semai dan mampu terbang selama delapan jam dibanding Casa yang hanya mampu membawa satu ton garam TMC dan terbang maksimal satu jam, sehingga Hercules lebih efektif berhubung operasi TMC harus dilakukan secara terus-menerus.
Sementara itu, Heru Widodo Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Hujan Buatan BPPT mengatakan, asap pekat bukan hanya berbahaya bagi manusia, tetapi juga jahat terhadap proses terjadinya hujan.
“Asap pekat menghalangi radiasi masuk ke permukaan bumi, akibatnya suhu tidak cukup hangat untuk membuat labil profil udara suhu vertikal yang menjadi media terbentuknya awan dan kondensasi. Akhirnya awan sulit terbentuk dan hujan tidak bisa terjadi,” ujarnya.
Awan di wilayah yang asapnya pekat akan berebut uap air yang menyebabkan awan selalu berada di fase mula yang butirannya sangat kecil yakni sekitar dua mikron sehingga proses hujan sulit terjadi, ujarnya.
Oleh karena itu, ia mengemukakan, TMC sangat penting mengubah awan dari fase mula ke fase matang dengan cara menabur bahan semai natrium chlorida (NaCl) berukuran 10 hingga 50 mikron yang akan meningkatkan efisiensi penumbukan dan penggabungan yang merupakan kunci dari proses hujan.
“Awan pada fase mula memiliki efisiensi tumbukan dan penggabungan di bawah 10 persen, tapi dengan disemai efisiensi meningkat menjadi 80 persen,” katanya.
Seluas 1,7 juta hektare hutan dan lahan di Sumatera dan Kalimantan telah terbakar dan menyebabkan kerugian ekonomi mencapai triliunan rupiah serta membuat lebih dari satu miliar ton karbon dilepaskan ke atmosfer dan mencemari udara.
Hujan terus-menerus adalah penanggulangan kebakaran yang paling efektif, katanya menambahkan. (ant/dwi)