Sabtu, 23 November 2024

Jelang MEA, Logistik Nasional Masih Banyak Masalah

Laporan oleh Dodi Pradipta
Bagikan
Geliat aktivitas di Pelabuhan Kalimas Surabaya. Foto: Totok/Dok suarasurabaya.net

Menjelang datangnya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015, proporsi biaya logistik nasional masih sangat tinggi.

Hoetomo Lembito Tim Ahli Sistem Logistik Nasional (Sislognas) Kementrian Koordinator Perekonomian RI mengatakan, tingginya biaya logistik nasional tersebut salah satunya disebabkan oleh infrastruktur yang masih tidak baik.

“Proporsi biaya logistik nasional itu sampai sekarang 25 persen. Itu tinggi sekali dibandingkan negara-negara lain di Asean. Salah satu penyebabnya ya disebabkan oleh infrastruktur yang masih belum memadai, baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Belum efektifnya intermoda transportasi dan interkoneksi antara infrastruktur pelabuhan, pergudangan, dan transportasi,” katanya, Rabu (28/10/2015) dalam acara Konferensi Nasional Bisnis Maritim 2015 di Surabaya.

Untuk diketahui, ada empat jenis infrastruktur yang mendukung sistem logistik yakni infrastruktur jalan, pelabuhan, kereta api, dan bandara. Dari keempat jenis ini, kata Hoetomo, hanya infrastruktur kereta api yang dirasa masih cukup baik.

Selain infrastruktur, lanjut Hoetomo, permasalahan logistik nasional ada pada terbatasnya kemampuan daya saing pelaku dan penyedia jasa logistik baik pada tataran nasional maupun global.

“Jaringan nasional dan internasional kita masih lemah. Selain itu, dominasi perusahaan-perusahaan multinasional masih besar,” katanya.

Masalah Sumber Daya Manusia (SDM) juga patut dikritisi menjelang datangnya MEA dalam dunia logistik nasional. Menurut dia, lembaga pendidikan dan pelatihan bidang logistik di Indonesia masih rendah.

“Apakah ada sekolah logistik di Indonesia? Ada sih tapi baru baru saja kan itu pun minim sekali. Apalagi mereka bakal lulus empat tahun kemudian. Sedangkan MEA sudah datang akhir tahun ini,” kata dia.

Permasalahan-permasalahan lain dalam sistem logistik nasional adalah belum optimalnya volume perdagangan ekspor impor, rendahnya koordinasi lintas sektoral, dan belum adanya national policy yang terintegrasi di sektor logistik.

Sekadar diketahui, biaya logistik domestik itu lebih mahal dibandingkan internasional. Contohnya, shipping cost dari Tanjung Priok ke Guangzhou China itu 400 dollar AS. Sementara dari Tanjung Priok ke Jayapura Papua, shipping cost nya 1000 dollar AS. (dop/iss/ipg)

Teks Foto:
– Hoetomo Lembito Tim Ahli Sistem Logistik Nasional (Sislognas) Kementrian Koordinator Perekonomian RI
Foto: Dodi suarasurabaya.net

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
26o
Kurs