Sabtu, 23 November 2024

Kebaikan Hiu Paus Terhadap Nelayan dan Warga Bulak

Laporan oleh Denza Perdana
Bagikan
Warga Jalan Nambangan, Kedung Cowek, Bulak, memasang pemberitahuan tontonan Hiu Paus. Mereka menarik tarif parkir Rp2.000 untuk motor warga yang ingin menonton, dan menempatkan kotak sumbangan sukarela di mulut gang, Minggu (25/10/2015). Foto: Denza Perda

Abdul Hamid warga sekitar Jalan Nambangan, Kedung Cowek, Bulak, tempat hiu paus tergeletak mengatakan, setiap tahunnya nelayan sekitar pasti menemukan hiu paus tersangkut di jaringnya.

Setelah dibawa ke daratan warga sekitar biasanya menjadikan hiu sebagai tontonan.

Seperti yang berlaku hingga Minggu (25/10/2015) sore ini, warga memasang gambar besar bertulisan “Hiu Raksasa — Masuk” dan memasang kotak sumbangan sukarela.

“Memang sejak dulu, kalau ada hiu yang nyangkut di jaring nelayan dibawa ke daratan lalu diminta sumbangan sukarela kalau mau nonton,” ujarnya.

Tidak hanya itu, dahulu warga juga memberikan semacam bahan pengawet sehingga bangkai hiu tersebut bertahan hingga seminggu.

Hasil sumbangan sukarela, kata Hamid, pernah mencapai Rp17 juta. “Biasanya disumbangkan untuk pembangunan masjid sekitar,” katanya.

Hamid mengakui warga sekitar tidak pernah memanfaatkan daging maupun organ tubuh hiu paus untuk dijual.

“Dulu pernah ada seorang dokter yang minta kerangka hiu paus yang terdampar. Dia mau membeli Rp25 juta. Tapi kami tidak bersedia, apalagi sekarang dilarang, karena termasuk langka,” ujar Hamid.

Kesadaran warga sekitar yang sebagian besar bermata pencaharian nelayan ini karena mereka mengenal baik bahwa hiu paus ini sebenarnya bersahabat dengan manusia.

“Ini kan tidak seperti hiu biasa yang buas. Makannya hanya ikan kecil-kecil itu,” kata Hamid.

Bahkan, Hamid juga mengatakan, pernah ada kisah nyata seorang nelayan setempat yang melaut kemudian tenggelam terhempas ombak besar ditolong oleh hiu paus ini. Nelayan itu naik di punggung ikan ini hingga dekat daratan.

“Orangnya sudah meninggal. Tapi itu kisah betul, Hiu ini biarpun dinaiki punggungnya, diam saja,” ujarnya.

Setelah hampir seharian digeletakkan di pantai tanpa ada penanganan dari Pemerintah Kota Surabaya, petugas Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Denpasar, Satuan Kerja Surabaya, akhirnya tiba sekitar pukul 16.15 WIB.

Setelah melakukan pengukuran, Muhammad Isbait Wattiheluw petugas BPSPL tersebut memastikan hiu paus ini memiliki panjang tubuh 7,10 meter, sedangkan lebar tubuhnya 1,7 meter. (den/dwi)

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
28o
Kurs