Dari sekian pelaksanaan Pilkada, Pemilihan Walikota Surabaya tahun 2015 ini dinilai sebagai Pilkada yang paling tidak ada gregetnya. Karena memerlukan suplemen yang bisa meletupkan jiwa para pemilih.
Djadi Galajapo Seniman Surabaya pada Radio Suara Surabaya, Kamis (22/10/2015) mengatakan, dalam proses tahapan Pilkada kali ini proses pendidikan politiknya tidak jalan.
Proses tahapan Pilkadanya juga serasa tidak ada dan tidak jelas. Ini yang membuat animo masyarakat tidak muncul,” kata dia.
Jika kemudian hanya berdasarkan Undang-undang yang ada, lanjut dia, impact-nya tidak ada untuk warga Surabaya. Sehingga harus ada improvisasi.
Kata Djadi, seni dan budaya itu bicara kebutuhan masyarakat. Jika ada gelaran seni, memang terbukti akan menyedot perhatian banyak masyarakat.
Tapi untuk pemasangan spanduk, maskot dan lain-lain, kata dia, masih dirasa kurang. Jadi harus ada motivasi yang memicu motivasi masyarakat.
“Kalau begini seakan-akan gugur kewajiban akhirnya kan orang menilai siapapun Walikotanya sama saja,” pungkas dia.
Berikut ajakan Djadi Galajapo lewat parikan untuk menyukseskan Pilkada Surabaya 2015:
Tuku kikil campur babat (Membeli kikil dicampur babat, red)
Nang Joyoboyo tuku gandos (Ke Joyoboyo membeli gandos, red)
Nek kepingin hasil yo kudune melok berbuat (Kalau ingin hasil ya seharusnya ikut partisipasi, red)
Nek kepingin Suroboyo lebih maju yo kudune nyoblos (Kalau ingin Surabaya lebih maju ya harus nyoblos, red). (dwi/ipg)