Sabtu, 23 November 2024

Dua Mahasiswi Surabaya Sulap Biji Buah Bintaro jadi Biodiesel

Laporan oleh Dodi Pradipta
Bagikan
Jennie Lie dan Maria Bangun saat mempraktekkan penelitiannya. Foto: UWM untuk suarasurabaya.net

Dua mahasiswi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (UWM), berhasil menciptakan bahan bakar biodiesel berbahan dasar biji buah bintaro. Dua mahasiswi tersebut adalah Jennie Lie dan Maria Bangun.

“Umumnya biodiesel komersil dibuat dari bahan pangan seperti jagung dan kedelai. Sementara kita tahu banyak isu kelaparan di luar sana. Awalnya karena kami melihat banyak buah bintaro yang jatuh di pinggir jalan sekitar kampus. Akhirnya kami teliti manfaatnya. Siapa sangka, buah yang biasanya hanya dijadikan racun tikus itu mengandung banyak minyak yang bisa dimanfaatkan,” kata Jennie yang merupakan mahasiswa semester 5 jurusan teknik kimia UWKS, Rabu (21/10/2015).

Caranya, biji buah bintaro yang sudah dikupas kemudian dikeringkan. Ditimbang, lalu dicampur dengan metanol dan air. Setelah dicampur, ketiga bahan tersebut kemudian dimasukkan ke reaktor subkritis lalu diberi gas nitrogen sekitar 20 bar.

Tak hanya itu, pada waktu bersamaan ketiga bahan tersebut juga harus dipanaskan hingga 140-200 derajat celcius. Seluruh proses tersebut membutuhkan waktu antara 4-6 jam.

“Setelah seluruh bahan tersebut dingin, katub dan reaktor dibuka untuk mengambil hasil pencampuran yang berupa endapan biomassa dan cairan. Endapan biomassa yang tidak terpakai dapat digunakan untuk membuat etanol. Jadi teknologi ini sangat ramah lingkungan karena limbahnya sekalipun dapat dimanfaatkan,” kata Maria yang juga merupakan mahasiswa semester 5 jurusan teknik kimia UWM.

Cairan-cairan yang dihasilkan dari cara ini adalah biodiesel, gliserol, dan pengotor. Ketiganya lalu dicampur dengan N Heksana, karena perbedaan sifat kepolaran hanya biodiesel yang terlarut dalam N Heksana.

“Larutan biodiesel dan N Heksana kemudian dimasukkan ke dalam corong pemisah. Setelah itu kemudian dilakukan ekstraksi cair-cair. Agar gliserol dipisah sebagai produk sampingan yang masih bisa digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun. Selanjutnya biodiesel dan N Heksana dipisahkan menggunakan mesin rotary evaporator. Tahap terakhir proses ini adalah menguapkan N Heksana pada suhu 70 derajat hingga meninggalkan biodisel biji bintaro,” kata Jennie.

Kedua mahasiswi yang dibimbing oleh Ir. Suryadi Ismadji dan Felycia Soetaredjo ini membutuhkan waktu 7 bulan lamanya untuk menyelesaikan penelitian ini. Buah bintaro yang berjatuhan di sekitar jalan Kaliwaron Surabaya mereka ambil hingga 50 buah.

“50 buah bintaro dapat menghasilkan 40-60 persen dari massa bijinya. Dari hasil itu kemudian dilakukan konversi dan diketahui bahwa 1 ton biji bintaro dapat menghasilkan 500 ml liter minyak,” ujar Jennie. (dop/dwi)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
26o
Kurs