Ada fakta menarik terkait sosok Salim alias Kancil (51), warga Dusun Persil, Desa Selok Awar-Awar, Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang yang tewas sebagai martir penolakan tambang di desanya. Bapak tiga anak yang sehari-hari bekerja sebagai petani ini siap untuk mati demi membela lingkungan pesisir Pantai Watu Pecak yang dirusak dengan aktivitas penambangan pasir.
Sebelum dieksekusi oleh kelompok warga pro tambang, Salim Kancil mendatangi kediaman Kyai Fiilmadi, seorang tokoh agama di Desa Wotgalih Kecamatan Yosowilangun. Di hadapan Kyai Fiilmadi, Salim Kancil menanyakan apakah kematian seseorang yang disebabkan karena membela lingkungan itu adalah Syahid.
“Kyai Fiilmadi menjawab ya. Salim Kancil pun menyampaikan bahwa dirinya bersedia mati syahid. Itu yang selalu dikatakan oleh Almarhum Salim Kancil,” kata Aak Abdullah Al Kudus dari Tim Advokasi Penolak Tambang Lumajang dalam kegiatan Istiqhosah dan Tahlil untuk Almarhum Salim Kancil dan untuk kesembuhan Tosan yang digelar Solidaritas Masyarakat untuk Selok Awar-Awar di Alun-Alun, Jumat (2/10/2015) petang.
Selanjutnya, Aak Abdullah Al Kudus mengajak masyarakat untuk mendoakan kesembuhan bagi Tosan yang saat ini masih dirawat intensif di RSSA Syaiful Anwar, Malang. “Alhamdulillah, Tosan sudah melewati masa kritis, ia sudah sadar dan telah mengenali orang perorang. Tapi saya tidak bisa menjenguk dia secara dekat dan dibatasi oleh kaca demi alasan keamanan, karena beliau adalah saksi kunci kasus penganiayaan dan pembantaian di Desa Selok Awar-Awar,” katanya.
Tosan dijaga ketat oleh pihak kepolisian dan Tim Advokasi juga meminta bantuan jaringan Gus Durian Malang untuk ikut melakukan penjagaan di RSSA Syaiful Anwar, Malang. “Setiap jam ada yang piket menjaga keamanan Tosan, jadi Insya Allah Tosan aman,” ujar Aak.
Ia juga mengajak masyarakat untuk mendoakan agar bumi ini menjadi normal kembali, hijau kembali, dan para perusak lingkungan di muka bumi ini segera diberikan adzab oleh Allah SWT.
Sementara itu di kesempatan lainnya, Faisal Akbar anggota Komisi III DPR RI menyampaikan dalam rapat kerja dengan Kapolda Jatim, Kapolres Lumajang, Bupati dan Ketua DPRD menyatakan bahwa sosok Salim Kancil merupakan petani yang teraniaya hak hidupnya oleh negara yang direpresentasikan Kades dan kelompok pendukungnya.
“Dari investigasi yang kami lakukan, Salim alias Kancil sebenarnya melakukan penolakan karena urusan perut. Lahan sawahnya rusak karena terdampak penambangan pasir illegal di pesisir pantai. Sehingga ia melakukan perlawanan yang berakibat terjadinya peristiwa sadis tersebut. Untuk itu kejadian ini menambah buramnya potret keadilan di negeri ini. Makanya, kami akan meminta polisi mengusut siapapun, agar tidak terulang lagi kejadian yang sama. Karena potensi konfli pertambangan tidak hanya terjadi di Lumajang saja. Masih banyak daerah lain yang memiliki potensi sama,” tegas Faisal Akbar. (her/iss/ipg)
Teks Foto :
-Istiqhosah dan Tahlil untuk Salim Kancil dan Tosan dari Solidaritas Masyarakat untuk Selok Awar-Awar di Alun-Alun Kabupaten Lumajang.
Foto : Sentral FM