Sindikat bajing loncat atau perampasan di jalan tol berhasil ditangkap anggota Satreskrim Polrestabes Surabaya. Mereka yakni Nopi Utomo, Manyar, Saher, Jember, Slamet Suswanto, Maskur, merupakan warga Surabaya, dan Mataki warga Probolinggo.
Kompol Manang Soebeti Wakasat Reskrim Polrestabes Surabaya mengatakan, penangkapan komplotan bajing loncat tersebut berdasarkan laporan dari PT Santos Jaya Abadi, Sidoarjo. Bahwa, perusahaan tersebut setiap kali melakukan pengiriman gula ke beberapa perusahaan sering berkurang.
“Perusahaannya itu mencurigai, kalau ada karyawan yang nakal saat melakukan pengiriman. Karena, setiap kali kirim selalu berkurang, sehingga korban melaporkan kasusnya ke polisi,” kata Kompol Manang Soebeti Wakasat Reskrim Polrestabes Surabaya, Senin (28/9/2015).
Dia menjelaskan, dari laporan tersebut akhirnya berhasil menangkap satu-persatu pelakunya. Pertama yang ditangkap Nopi Utomo, Siswanto, dan Selamet Suswanto yang merupakan sopir dan kernet perusahaan. Setelah itu, polisi berhasil menangkap Mataki, Saher, Jember dan Maskur.
“Modusnya, itu Nopi Utomo, Siswanto, dan Selamet Suswanto melakukan pengiriman gula, kemudian di tengah sekitar dekat gerbang tol Perak berhenti. Untuk mengurangi gula yang ada di dalam karung dengan pipa yang sudah dimodifikasi,” ujar dia.
Setelah gula sudah berkurang, kata Manang, tersangka Nopi Utomo, Siswanto, dan Selamet Suswanto melanjutkan perjalanan melakukan pengiriman. Sedangkan, gula yang dari hasil pencurian itu diambil dan dibawa oleh tersangka Mataki, Saher, Jember dan Maskur.
“Memang tidak banyak, tapi kalau tiap gula di karung dikurangi akan banyak. Karena sekali melakukan aksi seminggu tiga kali bisa mendapatkan 16 karung gula atau sekitar 1 kuintal lebih,” kata Manang.
Dia mengungkapkan, dari pemeriksaan para tersangka, aksi itu sudah berjalan lima bulan. Jika dijumlah, maka bisa mencapai 18 ton gula. “Gulanya itu dijual di pasar tradisional, mulai dari harga Rp 9 ribu,” ujar dia. (bry/ipg)
Teks Foto:
– Barang bukti, untuk mengurangi gula yang ada di dalam karung menggunakan pipa yang sudah dimodifikasi ini.
Foto: Bruriy suarasurabaya.net