Sabtu, 23 November 2024

Dipaksa Menghirup Asap Rokok, Perokok Pasif 4 Kali Lebih Berisiko Kanker Paru

Laporan oleh Ika Suryani Syarief
Bagikan
Sutopo Purwo Nugroho Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) saat menjalani perawatan karena kanker paru stadium 4. Foto: Instagram @sutopopurwo

dr. Arief Bakhtiari, Sp.P., dokter spesialis paru RSUD Dr. Soetomo dan RS Unair Surabaya mengatakan, perokok pasif atau orang yang “dipaksa” menghirup asap rokok (force smoker) 4 kali lebih berisiko terkena kanker paru dibanding perokok aktif.

“Perokok aktif sendiri sudah berisiko tinggi yaitu 14 kali daripada orang yang tidak menghirup asap rokok. Sedangkan perokok pasif risikonya 4 kali daripada perokok aktif,” ujarnya dalam program Wawasan Radio Suara Surabaya, Rabu (10/7/2019) pagi.

Dokter yang juga bergabung dalam Gerakan Masyarakat Tanpa Asap Rokok ini menjelaskan, risiko perokok pasif lebih berat karena menghirup asap yang tanpa melewati filter. Sementara, seorang perokok aktif menghirup dua asap, asap yang melewati filter dan tanpa filter.

“15 dari 100 orang perokok aktif terkena penyakit paru. 95 dari 100 orang yang menderita kanker paru adalah perokok,” ujarnya.

Saat ini, semakin banyak orang usia muda yang terkena kanker paru. Pemuda berumur 28 sudah terkena kanker paru stadium 3. Sembilan tahun yang lalu ada orang berusia 36 tahun yang meninggal karena kanker paru.

dr. Arief memahami bahwa menyuruh seorang perokok berhenti rokok memang sulit. Namun, kalau sudah tahu efeknya pasti memilih untuk tidak merokok.

“Harus ada kesungguhan, jangan sampai sakit baru berhenti. Biaya perawatan kanker paru sangat tinggi. Obat kemo yang harus diminum setiap hari harganya mencapai Rp800 ribu per tablet,” pesannya.

Sementara bagi orang yang tidak merokok yang ingin menurunkan risiko terkena kanker paru, dr. Arief menganjurkan untuk menghindari area perokok dan mengedukasi lingkungan terdekat seperti keluarga. “Orang tua yang tidak mau anaknya merokok, ya jangan merokok. Anak yang melihat orang tuanya merokok sangat mungkin ikut merokok,” kata dr. Arief.

Sebuah video yang merekam pernyataan Sutopo Purwo Nugroho Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) semasa hidup viral di media sosial. Video tersebut diunggah @suaratanparokok, Senin (8/7/2019).

Dalam video tersebut, Sutopo bercerita tentang penyebab penyakit kanker paru-paru yang ia derita meski ia dan keluarganya bukan perokok. Ia menduga terserang kanker paru-paru karena ia menjadi perokok pasif.

“Saya hidup sehat, ya ada kemungkinan salah satu sebabnya adalah saya perokok pasif,” kata Sutopo.

Sutopo kemudian berpesan kepada generasi muda terutama anak-anak untuk tidak merokok.(iss/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
27o
Kurs