Pengelola Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) menemukan hanya ada tiga elang jawa (Spizaetus bartelzii), di area hutan lereng gunung berapi itu.
“Satu pasang di Bukit Plawangan, Kabupaten Sleman, dan sisanya berada di Deles, Klaten, Jawa Tengah,” kata Edy Sutiyarto, Kepala Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM), di Sleman, seperti dilansir Antara, Sabtu (19/9/2015).
Menurut dia, dalam pemantauan tersebut pihaknya mengerahkan 25 petugas yang dibagi menjadi tujuh tim untuk menyisir secara bersama-sama.
“Kami hanya berhasil menemukan tiga elang jawa. Satu pasang jantan dan betina di Plawangan, dan satu lagi di Deles. Yang di Deles, belum tahu jenis kelaminnya,” katanya.
Elang jawa, sebagaimana burung buas lain, bukan hewan yang gemar berganti pasangan. Dari sisi morfologi, elang jawa unik karena dia memiliki beberapa “bulu tanduk” di kepala bagian belakang.
Elang jawa juga sangat sensitif terhadap perubahan di habitatnya; sedikit saja ada gangguan, bisa mengubah pola dan tingkat keberhasilan reproduksinya. Dalam setahun, elang jawa betina hanya menetaskan satu telur saja.
Salah satu satwa yang potensial mengganggu adalah monyet, yang “terpaksa” mengganggu habitat dan sarang elang jawa karena habitat dan sumber makanan monyet juga terganggu. Padahal sejatinya monyet juga mangsa elang jawa.
“Jumlah ini menunjukkan populasi elang jawa di TNGM tidak berubah sejak 2014. Padahal, satwa ini merupakan kunci yang harus ditingkatkan sebanyak sepuluh persen setiap lima tahun,” katanya.
Dhany Suryawan, Fungsional Pengendali Ekosistem Hutan TNGM, menambahkan pemantauan pada 2015 ini memang dipilih pada September ini, karena saat ini masanya migrasi elang.
Menurut dia, tiga elang jawa ini juga kemungkinan besar memang sudah lama tinggal. Bukan dari burung yang bermigrasi.
Di Gunung Merbabu, elang jawa-nya tidak bermigrasi ke Gunung Merapi. Karena kebakarannya yang terjadi di sana, hanya di atas saja. Tidak sampai bawah,” katanya.(ant/iss/fik)