Penyandang cacat selayaknya manusia lainnya berhak untuk memiliki tempat tinggal sesuai dengan kondisinya. Tetapi di Indonesia hal itu masih tidak banyak dijumpai.
Kaum difabilitas ini terpinggirkan dan hanya menikmati rumah atau hunian selayaknya mereka yang tidak menyandang kecacatan. Tentu sangat menyulitkan, sekaligus membutuhkan oranglain untuk membantu aktivitasnya.
Padahal di negara lain, keberadaan para difabilitas ini juga mendapatkan perhatian yang sama, termasuk soal tempat tinggal tersebut.
Dibutuhkan desain rumah yang khusus bagi mereka para difabel ini, agar mereka dapat beraktivitas serta mengaktualisasikan dirinya selayaknya mereka yang tidak cacat.
Bertempat di perpustakaan Universitas Kristen (UK) Petra Surabaya dikupas buku Living in Dignity, Jumat (18/9/2015), membahas bagaimana tempat tinggal atau hunian itu juga dapat dinikmati oleh para penyandang disabilitas.
Gunawan Tanuwidjaja ST. MSc., dosen Program Arsitektur UK Petra sekaligus penyusun buku Living in Dignity, menegaskan bahwa para difabel memang butuh tempat tinggal yang bisa memberikan keleluasaan beraktivitas.
“Oleh karena itu, hunian bagi difabel juga perlu mendapatkan perhatian, agar mereka ini dapat beraktifitas tanpa terganggu, dan dapat beraktualisasi seperti warga masyarakat lainnya,” terang Gunawan Tanuwidjaya pada suarasurabaya.net, Jumat (18/9/2015).
Pembicara dalam bedah buku kali ini, Gunawan Tanuwidjaja ST., MSc selaku penyusun buku Living in Dignity dan dosen Program Studi Arsitektur UK Petra, Ir. Lukito Kartono, MA seorang dosen Program Studi Arsitektur UK Petra, serta Dr. Arina Hayati ST., MT seorang dosen Jurusan Arsitektur ITS yang mendalami S3 bidang aksesibilitas difabel di Kampung Surabaya.(tok/ipg)