Lukman Hakim Menteri Agama, selaku amirul haj Indonesia, menyerukan kepada jamaah calon haji yang sudah berada di Arab Saudi maupun yang masih berada di Tanah Air agar mewaspadai cuaca eksrim di Kota Makkah yang sulit diprediksi.
“Cuaca bisa berubah sewaktu-waktu, dari panas tiba-tiba hujan badai. Ini merupakan kejadian yang tidak lazim,” kata Menag.
Menteri Agama berpesan, kejadian ini jangan sampai membuat jamaah berkecil hati. “Serahkan semuanya kepada Allah,” katanya.
Menghadapi cuaca yang tidak menentu, jamaah juga diminta mengurangi kegiatan yang tidak perlu, terutama yang tidak ada hubungannya dengan kegiatan ibadah haji.
Jamaah juga harus menjaga kesehatan untuk memasuki wukuf di Arafah, 22 September 2015 yang puncak dari rangkaian ibadah haji.
“Semoga pada saat wukuf di padang Arafah tidak terjadi lagi badai pasir, yang dapat mengganggu kelancaran jamaah dalam beribadah,” kata Menag dalam keterangan persnya, yang dikutib dari media center Dirjen Penyelengara Haji dan Umroh Kementrian Agama RI, Sabtu (12/9/2015) malam.
Perubahan cuaca yang tidak menentu masih terjadi, dan sempat dialami sendiri oleh Menteri Agama.
Dalam perjalanan dari Makkah ke Madinah, di tengah jalan ada badai pasir yang disusul dengan hujan deras.
Hujan badai ini mengakibatkan pohon yang dirawat dengan anggaran cukup mahal, banyak yang tumbang.
Sementara jumlah korban meninggal dunia akibat runtuhnya crane proyek perluasan Masjidil Haram telah mencapai 107 orang, enam diantaranya jamaah asal Indonesia.
Seluruh korban meninggal akan dimakamkan di Kota Makkah. Crane setinggi 100 meter itu runtuh akibat diterjang hujan badai. (jos/iss/rst)