Sabtu, 23 November 2024

Harapan Baru dari Tiga Anak Badak Jawa di Ujung Kulon

Laporan oleh Ika Suryani Syarief
Bagikan
Badak jawa (rhinoceros sondaicus). Foto: Satwa

Organisasi konservasi World Wide Fund for Nature (WWF) menyatakan tiga anak badak jawa yang tertangkap kamera tersembunyi di Taman Nasional Ujung Kulon sepanjang April-Juni 2015 memberikan harapan baru pada upaya konservasi Badak Jawa.

WWF Indonesia dalam siaran persnya Sabtu (12/9/2015) menyebutkan dua anak badak jawa jantan dan satu betina yang lahir dari induk bernama Siti, Ratu dan Desy itu tertangkap kamera di tiga wilayah terpisah di Semenanjung Ujung Kulon, lapor Antara.

Kehadiran tiga anak badak itu menurut WWF merupakan salah satu indikator bahwa lingkungan taman nasional masih memadai untuk mendukung kestabilan populasi spesies badak.

Namun, menurut organisasi itu invasi langkap telah mengambil alih sekitar 60 persen habitat dan menempatkan populasi badak jawa dalam wilayah terkotak-kotak dan terisolasi menjadi tiga kantung di Semenanjung.

Adanya okupasi masif langkap dan kelahiran anak badak membuat pembangunan koridor antara ketiga kantung dan tindakan lain untuk mengontrol perkembangbiakan langkap untuk membantu mobilitas populasi badak yang sehat sangat penting.

Menurut Otoritas Taman Nasional Ujung Kulon pada Juli 2015, survei populasi terakhir badak jawa di taman nasional ada 57 individu.

WWF Indonesia membantu memantau populasi badak jawa dengan kamera tersembunyi. Saat ini lebih dari 90 kamera jebak dipasang di Taman Nasional.

WWF Indonesia juga bekerja dengan mitra seperti Yayasan Badak Indonesia (YABI) dalam mengintensifkan patroli untuk memperkuat pengamanan populasi di Taman Nasional.

Bersama Taman Nasional dan masyarakat lokal, mereka juga mengupayakan peningkatan kualitas badak jawa dengan menanami 50 hektare tanah untuk pengayaan tanaman pakan badak di habitat.

Mereka juga bekerja sama dengan lembaga lain untuk mengidentifikasi habitat paling tepat menjadi rumah kedua bagi badak jawa guna menjaga populasi badak jawa di dunia dari dampak bencana alam, penyakit endemik dan penyebaran spesies agresif yang membahayakan.(ant/iss/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
33o
Kurs