Din Syamsuddin Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) berharap konsep Islam al-Wasatiyyah yang dijadikan tema utama Musyawarah Nasional (Munas) MUI ke IX dijadikan rujukan umat untuk peradaban Indonesia dan Dunia.
“Sebelumnya sudah ada Islam Nusantara ala NU, lantas ada Islam Berkemajuan ala Muhammadiyah, dan kini ada Islam Wasatiyyah dari MUI. Ketiganya memiliki visi yang sama,” kata Din Syamsuddin, ketika memberikan sambutan pembukaan Munas MUI di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Selasa (25/8/2015).
Konsep Islam Wasatiyyah, saat ini sedang hangat dibicarakan di dunia internasional karena Wasatiyyah memang tak mudah diterjemahkan dari sisi kebahasaan.
Prinsip Islam Wasatiyyah, adalah prinsip jalan tengah, jalan lurus dan moderat. “Tentu jalan tengah ini bertumpu pada tauhid. Wasatiyyah berarti menolak segala bentuk ekstrimisme dan Thoghut (melampaui batas),” kata dia.
Sementara itu, Munas MUI kali ini diikuti lebih dari 550 perwakilan MUI dari seluruh Indonesia, perwakilan ulama, organisasi Islam, aktivis Islam, serta dari akademisi Islam.
Munas digelar hingga tanggal 27 Agustus 2015 dan dipusatkan di Garden Palace Hotel, Surabaya. Dalam Munas kali ini ada beberapa pembahasan diantaranya penyempurnaan peraturan dasar dan rumah tangga MUI, memilih ketua MUI baru, serta membahas beberapa fatwa baru.
Munas sendiri dibuka secara resmi oleh Joko Widodo, Presiden yang datang didampingi Iriana Jokowi, Ibu Negara; Pramono Anung, Menteri Sekretaris Kabinet; Irman Gusman Ketua DPD; Lukman Hakim Syaifuddin, Menteri Agama; Soekarwo Gubernur Jawa Timur serta beberapa pejabat lainnya.
Pembukaan Munas digelar di Grahadi dan juga dihadiri beberapa tokoh agama mulai dari KH Said Aqil Siradj, Ketua Umum PBNU; KH Makruf Amin, Rois AAm PBNU; serta beberapa ulama lainnya. (fik/rst)