Sabtu, 23 November 2024

Ketika Komunitas Masyarakat Jadi Ujung Tombak Mereduksi Bencana

Laporan oleh Zumrotul Abidin
Bagikan
Konferensi Nasional Pengelolaan Resiko Bencana Berbasis Komunitas ke-XI digelar di ITS Surabaya, Selasa (25/8/2015). Foto: Abidin suarasurabaya.net

Konferensi Nasional Pengelolaan Resiko Bencana Berbasis Komunitas ke-XI digelar di ITS Surabaya, Selasa (25/8/2015).

Mengambil tema “Membangun Ketangguhan Komunitas dalam Mereduksi Bencana Lingkungan dan Industri”, konferensi ini berlangsung mulai 25 hingga 27 Agustus 2015.

Sofyan Eyank Ketua Panitia mengatakan, bencana lingkungan dan industri diangkat menjadi topik Konferensi Nasional ke-XI ini diharapkan dapat memperkuat gerakan pengurangan risiko bencana secara komprehensif dan sistematis.

“Lingkungan selain menjadi faktor berisiko bencana juga menjadi pemacu meningkatnya bencana,” ujar Sofyan, Selasa (25/8/2015).

Eyank menambahkan, bencana industri masih menjadi PR dalam penanganan kondisi darurat. Siapa yang bertanggung jawab masih menjadi polemik.

“Kasus lumpur Lapindo menjadi pelajaran, betapa rumitnya kewenangan siapa yang bertanggung jawab menangani, “katanya.

Sementara itu, Harwati satu diantara korban lumpur Lapindo mengatakan Lumpur Lapindo selama sembilan tahun baru bisa diproses ganti ruginya. Ini merupakan bentuk nyata keganasan proyek pertambangan.

“Di Sidoarjo dan di daerah lain seperti di Kalimantan, tolong pemerintah perhatikan ini. Undang-undang pertambangan selalu jadi korban,” kata Harwati.

Harapan dari konferensi ini, munculnya rekomendasi konkrit bagaimana peran dan posisi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan.

Konferensi ini, melibatkan banyak komunitas masyarakat yang selama ini berisiko bencana. Seperti, komunitas korban Lumpur Lapindo, Masyarakat Samin dan Masyarakat sekitar gunung api di Indonesia. (din/dwi)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
31o
Kurs