Dadap merupakan tanaman yang sering digunakan sebagai tanaman pagar dan peneduh. Meskipun begitu, sebagian masyarakat di Indonesia juga kerap menggunakan tanaman dadap sebagai obat tradisional seperti untuk anti malaria dan antioksidan. Karena itulah, Tjitjik Srie Tjahjandarie, Ph.D (Cicik), peneliti Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi, mulai tertarik melakukan penelitian terkait tanaman dadap-dadapan.
Diawali dengan penelitian tanaman dadap merah atau Erythrina crista-galli L yang ada di kampus pada tahun 2014. Dari penelitian terhadap dadap merah tersebut, diketahui bahwa senyawa pada tanaman tersebut memiliki kemampuan sebagai anti-malaria dengan kekuatan moderat. Artinya, tanaman tersebut tidak bisa untuk menyembuhkan penyakit malaria namun memiliki kemampuan untuk mencegah.
Berbekal dari hasil penelitian tersebut, Cicik kemudian tertarik untuk melakukan penelitian kepada tanaman dadap serep atau Erythrina orientalis. Dengan tujuan untuk menguji apakah senyawa pada dadap serep memiliki kemampuan untuk antioksidan dan anti kanker.
Pada penelitian dadap serep, Cicik dan tim memilih untuk menggunakan bagian kulit batang. Bagian yang sering digunakan oleh masyarakat.
“Selain karena bagian kulit batang sering digunakan oleh masyarakat untuk obat tradisional, pada bagian kulit batang juga merupakan bagian paling banyak tersimpan metabolit-metabolit sekunder yang lebih banyak dari bagian tanaman yang lain,” ucap Cicik.
Cicik menjelaskan, setidaknya terdapat lima senyawa yang ditemukan pada dedep serep. Yaitu Phaseollin, Shinpterocarpin, 4′-O-Methyl licoflavanone, Alpinumisoflavone dan 8-Prenyldaizein. Kemudian, kelima senyawa tersebut diuji aktivitasnya sebagai anti kanker dengan sel kanker leukemia.
Dari uji tersebut, diketahui bahwa senyawa Phaseollin, Shinpterocarpin, Alpinumisoflavone dan 8-Prenyldaizein pada dadap serep memiliki kekuatan yang moderat sebagai anti kanker.
Sementara senyawa 4′-O-Methyl licoflavanone yang bersifat tidak aktif sebagai anti kanker. Artinya, dadap serep tidak bisa menyembuhkan penyakit kanker namun bisa untuk pencegahan. Sama seperti dadap merah yang memiliki kekuatan moderat untuk anti malaria.
“Meskipun begitu, senyawa phaseollin dan senyawa 8-Prenyldaizein pada dadap serep cukup aktif sebagai antioksidan. Bahkan lebih aktif dari vitamin C,” jelas Cicik.
Seperti diketahui, antioksidan berfungsi untuk menekan radikal bebas dalam tubuh. Selain itu, juga dapat memperkuat sistem imun, mengurangi keriput, mencegah penyakit saraf, kanker, jantung koroner dan lain sebagainya.
Hingga tahun 2020 nanti, Cicik terus melakukan upaya pemetaan terhadap tanaman di Indonesia khususnya wilayah timur. Juga dilakukan penelitian untuk mengetahui bio aktivitas dan kandungan kimianya.
Untuk kemudian pada tahun 2020 nanti direncakan untuk melakukan kolaborasi dengan pihak lain seperti farmasi atau kedokteran. Yaitu untuk menindaklanjuti hasil penelitian agar dapat menjadi bio produk yang bermanfaat dalam bidang kesehatan. (iss/ipg)