Sabtu, 23 November 2024

Perhatian Pemerintah Pada Cacat Veteran Kalah Dengan Negara Lain

Laporan oleh Jose Asmanu
Bagikan
Soepranoto Ketua Umum Badan Pimpinan Pusat Korps Cacad Veteran RI (KCVRI). Foto: Jose Asmanu suarasurabaya.net

Diukur dengan standart Internasional, penghargaan pemerintah terhadap anggota veteran RI dikatakan masih kurang bahkan kalah dibanding dengan negara lain.

Pengakuan itu diungkapkan Soepranoto Ketua Umum Badan Pimpinan Pusat Korps Cacad Veteran RI (KCVRI) pada upacara kenegaraan penurunan bendera di halaman Istana Merdeka, Jakarta Senin (17/8/2015) petang.

Anggota Veteran berusia 90 tahun ini mengawali karirnya di TNI sejak menjadi anggota BKR Divisi VII Untung Suropati Malang.

Dia mengalami cacat visik permanen ketika terlibat pertempuran di Nganjuk Jawa Timur menjelang kemerdekaan. Dari 168 tentara yang terlibat baku tembak dengan penjajah saat itu, 18 diantaranya gugur, yang cacat lima orang. Dari lima itu tinggal Soepranoto yang masih hidup.

Berbicara tentang perhatian pemerintah kepada anggota veteran, Soepranoto mengatakan jika diukur dengan standar Internasional, bahkan dengan Filipina sekalipun, Indonesia kalah.

Veteran di Filipina mendapat jaminan hidup lebih baik, rumah, kesehatan sampai pendidikan bagi anak-anaknya semuanya gratis.

Berbeda dengan nasib veteran atau di Indonesia, banyak yang terlunta-lunta karena dianggap laskar tidak berguna. Tinggal menunggu kapan diusir dari asrama untuk dipindahkan ke rumah masa depan atau kuburan.

Sambil memperhatikan mobil-mobil pejabat yang keluar dari halaman parkir sekretariat negara, ketua umum KCVRI ini tiba-tiba menyinggung nasib anggota cacat veteran di asrama kumuh kawasan Jembatan Merah yang berulang kali akan digusur.

“Seperti itulah potret nasib veteran Indonesia yang asli, banyak yang nelongso menjelang akhir hidupnya,” kata pranoto.

Sebagai pejuang, yang dipikirkan waktu revolusi dulu hanya satu, merdeka atau mati. Tidak ada waktu memikirkan yang lain apalagi untuk perkaya diri sendiri sendiri. Sebab itu, meskipun imbalan yang diberikan pemerintah atas jasa jasanya ikut merebut kemerdekaan relatif kecil, namun tetap diterima dengan lapang dada.

Sebagai contoh jaminan hidup yang diterima setiap bulan kurang dari Rp 4 juta sedangkan standart Internasional Rp10 juta setiap bulan.

Tapi Soepranoto bangga bisa ikut menorehkan sejarah merebut kemerdekaan yang sekarang dinikmati 240 juta lebih penduduk Indonesia meskipun Soepranoto tetap tidak punya apa-apa.

Diundang ke Istana Merdeka karena kapasitasnya sebagai ketua umum korps cacat veteran RI, Soepranoto sendiri tidak tahu jika dirinya sudah tidak menjabat sebagai ketua, apakah masih akan diundang ke Istana lagi atau tidak. (jos/dwi/rst)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
33o
Kurs