Senin, 25 November 2024

Kisah Badut Masha, Mbadut Keliling Sambil Bantu Kerjakan PR

Laporan oleh Dodi Pradipta
Bagikan
Dedyk berkostum badut Masha dan Kurnia anaknya, duduk di pinggiran jalan Darmo Satelit Surabaya, Jumat (14/8/2015) sore. Foto: Dodi suarasurabaya.net

Siang hari, ketika terik matahari membakar Kota Surabaya, seorang badut berkostum Masha, kartun dari Rusia yang digemari anak-anak, duduk melepas lelah bersama seorang anak laki-laki di pelataran rumah mewah Darmo Satelit Surabaya, Jumat (14/8/2015).

Pemandangan kontras tentang ketimpangan ekonomi semakin tampak ketika bocah itu mengeluarkan buku dari tas mungilnya. Tanpa alas, ia belajar dan mengerjakan pekerjaan rumahnya.

Meski lelah, Dedyk Hariyanto (54), sang badut berkostum Masha tak pernah mengabaikan pendidikan bagi putranya. Setiap hari, sambil bekerja sebagai badut keliling, Dedyk membantu Kurnia Dwi Ardiansyah (12), anaknya, belajar dan mengerjakan pekerjaan rumah di jalanan.

Dedyk mengaku anaknya tersebut memang selalu ingin bersama dirinya. Bahkan ketika hari Minggu sekalipun, Kurnia ikut menemaninya bekerja. “Kurnia sekolah dari jam 6 pagi sampai setengah 2 siang. Saya bekerja mulai sore sampai jam 10 malam,” katanya saat ditemui suarasurabaya.net sambil tertawa, Jumat (14/8/2015) sore.

Kurnia, siswa kelas I di SMP Al Karimah Surabaya itu, mengaku senang bisa selalu bersama ayahnya. “Kalau ada PR matematika ataupun IPA, bapak bisa ngajarin. Tapi kalau bahasa Inggris, aku sama bapak sama-sama nggak bisa,” ujarnya lantas tertawa.

Ketika ditanya mengenai cita-citanya, Kurnia yang selalu membawa tas yang berisi LKS (Lembar Kerja Siswa), buku tulis, bolpen, dan buku pelajaran itu, hanya menjawab bahwa dia ingin membanggakan orang tuanya.

Namun ketika kembali ditanya profesi apa yang ingin ia pilih nanti, Kurnia ingin memilih menjadi pelukis. “Aku senengnya nggambar, maunya jadi pelukis,” katanya.

Sementara itu perjuangan Dedyk mengais rejeki memang tidak mudah. Setiap hari dia dan anaknya berangkat dari rumahnya di Donowati dengan berjalan kaki. Warga asli Banyu Urip Surabaya tersebut juga mengaku sering diusir oleh Satpol PP ketika sedang bekerja.

“Sering saya diusir sama mereka (Satpol PP). Padahal saya punya kartu anggota resmi BBI (Barisan Badut Indonesia),” kata dia.

Untungnya, sambil beristirahat di pinggir jalan, biasanya ada orang yang memakai jasanya, mbadut di acara tertentu.(dop/iss/ipg)

Teks Foto:
– Kurnia dan Dedyk berjalan bersama di Darmo Satelit Surabaya, Jumat (14/8/2015) sore.
Foto: Dodi suarasurabaya.net

Berita Terkait

Surabaya
Senin, 25 November 2024
32o
Kurs