Tetralogi Buru, empat novel karya Pramoedya Ananta Toer yang menceritakan kisah-kisah pembentukan nasion Indonesia masih laris diburu peminatnya, terbukti hanya dalam dua pekan sejak cetak ulang Juli 2015 sudah terjual 10.000 eksemplar.
“Kami berencana mencetak lagi dan siap masuk ke toko buku pada Agustus,” kata Astuti A. Toer, putri dari mendiang Pramoedya, kepada Antara di Jakarta, Minggu (9/8/2015) seperti dikutip Antara.
Tetralogi tersebut dicetak ulang oleh penerbit Lentera Dipantara meliputi Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah dan Rumah Kaca, sebagai empat novel berangkai yang sejauh ini telah diterbitkan hampir dalam semua bahasa negara-negara besar di dunia.
Bumi Manusia pertamakali terbit pada 1980 dan kemudian Anak Semua Bangsa edisi mula dicetak 1981, Jejak Langkah dicetak pada 1985 serta Rumah Kaca dicetak pada 1988, namun semua buku tersebut dilarang beredar oleh Kejaksaan Agung Republik Indonesia pada masa pemerintahan Orde Baru karena dianggap membawa paham kiri.
Bumi Manusia dan Anak Semua Bangsa dilarang beredar pada 1981, Jejak Langkah dilarang beredar pada 1985 demikian pula Rumah Kaca dilarang beredar pada 1988, hanya beberapa bulan setelah terbit.
Pramoedya Ananta Toer, lahir di Blora , Jawa Tengah pada 6 Februari 1925 dan tutup usia pada 30 April 2006 di Jakarta, menulis tetralogi tersebut ketika menjalani masa tahanan di Pulau Buru, Maluku.
Semasa hidupnya Pram mengeluh merasa diperlakukan tidak adil karena ditangkap, dipenjarakan dan menjalani pembuangan ke Pulau Buru tanpa pernah diadili atas tuduhan yang ditujukan kepadanya.
Setelah pemerintahan Orde Baru berakhir, buku-buku Karya Pramoedya diterbitkan kembali dan beredar di Indonesia, serta mengalami beberapa kali cetak ulang yang selalu habis terjual, kata Astuti.
Sepanjang perjalanan kariernya sebagai sastrawan, Pram telah menghasilkan puluhan karya, selain Tetralogi Buru, antara lain yang terkenal adalah Gadis Pantai, Bukan Pasar Malam, Perburuan, Cerita Dari Blora, Panggil Aku Kartini Saja dan masih banyak lagi.
Kisah dalam Tetralogi Buru yang juga dikenal dengan sebutan Tetralogi Bumi Manusia mengungkap sejarah bangsa pada masa kebangkitan nasional dengan menampilkan sosok fiktif Minke berdasarkan tokoh nyata, Tirto Adhi Soerjo. (ant/dop)