Sabtu, 23 November 2024

Mundurnya Gus Mus Jadi Contoh Agar Elit NU Tak Rebutan Jabatan

Laporan oleh Fatkhurohman Taufik
Bagikan
Foto : Muktamarnu.com

Gerakan Pemuda Ansor Jombang menyayangkan mundurnya KH Mustofa Bisri (Gus Mus) dari jabatan rois aam. Padahal Gus Mus selama ini menjadi satu-satunya simbol ulama karismatik yang mampu mengembalikan posisi NU di mata dunia.

“Sebagai kader muda NU, kami tentu menyayangkan sikap beliau. Selama ini hanya beliau yang mampu menjaga idiologi aswaja NU dari gempuran idiologi liberal dan fundamental,” ujar Zulfikar Dhamam Ikhawanto, Ketua PC GP Ansor Jombang, Kamis (6/8/2015).

Sekadar diketahui, setelah sembilan kiai sepuh yang tergabung dalam forum ahlul halli wal aqdi berhasil merayu Gus Mus untuk kembali menjabat rois aam, Gus Mus ternyata berkirim surat ke panitia Muktamar dan mengundurkan diri dari jabatan tersebut. Dengan mundurnya Gus Mus, maka jabatan rois aam lantas dipegang KH Maruf Amin.

Di sisi lain, mundurnya Gus Mus, kata Zulfikar, sebenarnya harus menjadi teladan bagi elit di PBNU agar jabatan di struktural NU tidak boleh diperebutkan.

“Sedih sebenarnya Gus Mus mundur, tapi ini bisa dijadikan contoh bagaimana kiai bersikap dan tidak gila jabatan,” kata dia.

Setelah mundur, Gus Mus pagi tadi juga sempat berziarah ke makam pendiri NU KH Hasyim Asyari serta KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) di Tebu Ireng. Saat berziarah tersebut, Gus Mus juga tampak menangis karena merasa tak mampu menjaga NU.

“Bagaimana beratnya Gus Mus mengambil sikap mundur, tapi saya kira meski tidak duduk di struktur NU, Gus Mus tetap akan menjadi sentral penjaga marwah NU,” kata dia.

Dalam kesempatan ini, Zulfikar hanya berharap duet KH Maruf Amin dan KH Said Aqil Siraj mampu memecah kebuntuan dan potensi perpecahan di tubuh NU.

Bagaimana NU bisa mewujudkan cita-citanya jika masih ada riak dan batu sandungan di dalam tubuh NU. Apalagi, saat muktamar kemarin, ada sejumlah Pegurus Wilayah dan Pengurus Cabang NU yang memprotes hasil Muktamar NU ke-33.

Bahkan mereka akan menggelar Muktamar tandingan atau Muktamar Luar biasa. Hal ini diperkuat dengan pertemuan sejumlah muktamirin di Aula Yusuf Hasyim di Pesantren Tebuireng. Mereka menganggap hasil Muktamar NU telah menyimpang dari AD/ART NU.

“Ini pekerjaan rumah bagi pengurus baru untuk menyelesaikan persoalan tersebut. Agar tidak menghambat langkah NU ke depan,” katanya. (fik/rst)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
35o
Kurs