Sabtu, 23 November 2024

Ini Strategi Politik Kiai A la Muktamar NU Jombang

Laporan oleh Fatkhurohman Taufik
Bagikan
Peserta Muktamar NU. Foto : Dok suarasurabaya.net

Bursa pemilihan ketua maupun Rois Aam PBNU semakin menarik. Tarik menarik kepentingan terus terjadi dan kasat mata ditampakkan oleh para pendukung masing-masing calon. Kubu KH Hasyim Muzadi yang disokong KH Sholahuddin Wahid (Gus Sholah) menggunakan pesantren Tebu Ireng sebagai sentral mengumpulkan kekuatan.

Sedangkan di lain pihak, kubu incumbent KH Said Aqil Siradj, memanfaatkan tiga pesantren yaitu Denanyar, Tambakberas, dan Peterongan untuk mengumpulkan para pendukung. Untuk menyolidkan dukungan, dua kubu juga melakukan karantina cukup ketat.

Bahkan aksi saling mencuri dukungan juga dilakukan. Kubu KH Said Aqil yang didukung panitia muktamar mengaku terus kecolongan. “Peserta banyak yang diculik,” kata Saifullah Yusuf (Gus Ipul), yang merupakan pendukung KH Said Aqil.

Penculikan yang dimaksud Gus Ipul, adalah pindahnya lokasi menginap para peserta Muktamar dari tiga pesantren ke Tebu Ireng. Akibat perpindahan ini, Pesantren Tebu Ireng yang harusnya hanya kebagian tak lebih dari 700 peserta, saat ini dipadati lebih dari dua ribu peserta. Bahkan, Gus Sholah mengatakan jika saat ini di pesantrennya telah ada 2.400 peserta. “Mereka ini memang mendukung saya dan minta untuk pindah menginap di Tebu Ireng,” kata Gus Sholah.

suarasurabaya.net, yang sempat berada di Pesantren Tebu Ireng pada Senin (4/8/2015) malam mendapati jika di pesantren ini memang banyak mobil-mobil yang memobilisasi peserta masuk.

Mobil-mobil tersebut ternyata tak hanya mobil yang dikhususkan untuk peserta yang menginap di Tebu Iireng, melainkan banyak mobil yang harusnya mengantar peserta ke Denanyar, Tambakberas dan Peterongan, ternyata peserta yang ada di dalam mobil memilih untuk membelokkan mobilnya ke Tebu Ireng.

“Kami pendukung Kiai Hasyim, jadi kami memilih untuk pindah menginap di Tebu Ireng,” kata peserta dari Banten. Peserta yang tak mau disebutkan namanya ini, sesuai manifes dari panitia, harusnya mendapatkan jatah menginap di Pesantren Denanyar, namun karena Dananyar merupakan basis pendukung incumbent, dirinya akhirnya memilih untuk pindah ke Tebu Ireng.

Di Tebu Ireng sendiri, pengamanan dilakukan cukup ketat. Peserta yang tak memiliki Id Card dilarang masuk. Setiba mereka di Tebu Ireng, juga langsung diarahkan untuk naik ke lantai tiga pesantren untuk mendapatkan pengarahan. Seorang sumber menyebut, beberapa tokoh anti incumbent juga hadir untuk memberikan pengarahan dan menyusun strategi guna memenengkan pasangan tertentu.

Hal yang sama juga tampak di Denanyar, Tambak Beras maupun Peterongan. Di dua pesantren ini juga dilakukan proses karantina cukup ketat. Tujuannya adalah untuk menjaga soliditas dukungan.

Sementara itu seorang putra kiai berpengaruh di Jombang menceritakan, aksi saling karantina dari dua kubu ini hanyalah masalah teknis kecil yang tampak di arena Muktamar NU. “Malam ini ada gerakan untuk meminta mundur salah satu calon Rois Aam. Jika satu mundur, maka aksi saling dukung bisa selesai sehingga tak sampai membuat gaduh muktamar,” kata dia pada suarasurabaya.net.

Tak tanggung-tanggung, tokoh yang akan membujuk calon Rois Aam mundur adalah dua kiai yang dikenal paling sepuh di NU yaitu KH Muchit Muzadi, kakak kandung KH Hasyim Muzadi; serta KH Maimun Zubair Pengasuh Pesantren Al-Anwar Sarang Rembang Jawa Tengah. Dua kiai sepuh ini, setidaknya akan berusaha membujuk calon Rois Aam, bersama beberapa kiai sepuh lainnya.

Strategi ini, sebenarnya juga pernah dilakukan elit NU ketika Muktamar NU tahun 1984 di Situbondo. Saat itu, sejumlah kiai juga membujuk KH Idham Cholid, Ketua Umum Incumbent yang saat itu didukung kekuatan Orde Baru untuk mundur. Setelah Idham mundur, Gus Dur, kala itu terpilih dengan mulus tanpa menimbulkan perpecahan di kalangan para kiai.

Dan kini di Muktakar ke 33 di Jombang, strategi tersebut tampaknya akan kembali digunakan. Apakah upaya dari KH Muchit Muzadi dan KH Maimun Zubair berhasil, setidaknya akan bisa dilihat pada proses pemilihan Rois Aam yang akan digelar di arena Muktamar pad Selasa (4/8/2015) malam nanti.

Jika proses suksesi Rois aam mulus, maka pemilihan ketua umum juga akan ikut mulus. Namun jika pemilihan Rois Aam bergejolak, bisa dipastikan proses pemilihan ketua umum juga akan lebih panas. Apalagi untuk ketua umum, saat ini terdapat tiga calon yang cukup kuat dan berpengaruh yaitu KH Said Aqil Siradj Ketua Umum incumbent; Asad Said Ali mantan Wakil Kepala BIN; dan KH Sholahuddin Wahid (Gus Sholah), pengasuh Pesantren Tebuireng.

Dari hitungan riil dukungan yang dilakukan salah satu calon ketua umum, KH Said Aqil Siradj saat ini masih unggul dengan prosentase 40 persen; sedangkan Asad Said Ali 35 persen dan Gus Sholah 25 persen. Jika harus berhadap-hadapan, tiga calon ini kemungkinan akan mengerucut pada dua kubu saja yaitu Asad Said Ali akan bergabung dengan Gus Sholah untuk melawan incumbent KH Said Aqil Siradj. (fik/edy)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
31o
Kurs