Hasyim Muzadi, mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) meminta perdebatan penggunaan ahlul hall wal aqdi (ahwa) dihentikan dan sepenuhnya diserahkan pada muktamirin (peserta muktamar).
“Ahwa itu tidak ada di AD/ART NU, jadi kalau memang ingin menggunakan ahwa ya dibahas dulu di Muktamar ini, dan nanti dimasukkan ke dalam AD/ART barulah pada muktamar ke 34 (Muktamar selanjutnya) bisa digunakan,” kata Hasyim, ketika ditemui usai bertemu dengan Sholahuddin Wahid (Gus Sholah) di Pesantren Tebu Ireng Jombang, Minggu (2/8/2015).
Dengan tidak menggunakan Ahwa, maka mekanisme pemilihan Rois Aam harus dilakukan seperti mekanisme biasanya yaitu dengan cara penentuan suara terbanyak atau voting.
Fenomena yang terjadi di Muktamar Jombang, kata dia, seakan memaksakan untuk menggunakan Ahwa dengan dalih Ahwa telah diputuskan dalam musyawarah nasional (munas). Padahal, putusan di luar Muktamar, apakah berupa Munas ataupun keputusan apapun tidak ada yang bisa mempengaruhi Muktamar.
“Keputusan tertinggi adalah Muktamar, jadi hasil Munas harus dimasukkan dulu ke AD/ART barulah bisa dilakukan di Muktamar, itupun bukan sekarang tapi Muktamar yang akan datang,” ujarnya.
Terkait hal ini, Hasyim yakin jika muktamirin tetap akan menolak penggunaan Ahwa karena untuk saat ini penggunaan Ahwa masih belum diatur di AD/ART NU.
Sementara itu, terkait wacana majunya dirinya sebagai calon Rois Aam, Hasyim mengatakan jika khusus posisi Rois Aam, siapapun tidak bisa mencalonkan diri. “Rois Aam itu bukan nyalon atau tidak nyalon, semua diserahkan penuh pada muktamar,” ujarnya.
Sekadar diketahui, di arena Muktamar para pendukung incumbent memang mengusulkan untuk menggunakan Ahwa. Dengan menggunakan Ahwa, maka posisi Hasyim Muzadi kemungkinan besar tidak akan mampu bersaing untuk menjadi Rois Aam. (fik/dop)