Minggu, 24 November 2024
Jelang Muktamar ke 33 NU

Santri Muda NU Minta Pemilihan Rois Aam Tidak Dilakukan Dengan Terbuka

Laporan oleh Fatkhurohman Taufik
Bagikan

Santri Muda Nahdlatul Ulama mendesak proses pemilihan Rois Aam PBNU digelar dengan menggunakan mekanisme ahlul halli wal aqdi (Ahwa), sebuah sistem penunjukan sejumlah kiai sepuh dimana para kiai inilah yang nantinya akan menentukan siapa Rois Aam yang akan ditunjuk.

“Pemilihan Rois Aam jangan sampai memecah belah keutuhan para Kiai. Kami kira sistem Ahwa bisa digunakan untuk menjaga soliditas para Kiai,” kata Zainuddin, Ketua Santri Muda NU, ketika dihubungi Selasa (28/7/2015).

Zainuddin mengatakan, jelang Muktamar ke 33 Nahdlatul Ulama (NU) mulai muncul gerakan aksi dukung mendukung diantara para kiai. Jika gerakan ini dibiarkan, bukan tidak mungkin antara kubu di internal kiai akan berujung pada konflik.

Padahal Rois Aam adalah posisi puncak di NU dan harus diisi oleh kiai sepuh yang bisa mengayomi siapapun. “Posisi Rois Aam itu sangat sentral dan sakral,” kata dia.

Bahkan, dalam sejarah NU, posisi Rois Aam biasanya baru diganti jika Rois Aam telah meninggal dunia. Namun pada gelaran Muktamar ke 33 ini, ternyata ada gerakan-gerakan yang meminta posisi Rois Aam dilakukan pemilihan secara terbuka.

Para pendukung gerakan ini, juga telah mendeklarasikan diri untuk menolak sistem Ahwa dalam proses pemilihan Rois Aam. “Kalau Rois Aam dipilih secara terbuka malah akan merendahkan maqom (derajat) Kiai,” kata dia.

Sementara itu Deni Mahmud Fauzi, koordinator Santri Nusantara, mengatakan konsep Ahwa untuk menentukan Rais Aam PBNU harus tetap dilaksanakan karena dianggap paling ideal melihat kondisi NU saat ini.

“Konsep Ahwa seharusnya dapat dilaksanakan dalam Muktamar kali ini, karena sudah ideal melihat kondisi NU saat ini,” kata dia. (fik/dwi)

Berita Terkait

Surabaya
Minggu, 24 November 2024
27o
Kurs