Purwanto, SH Sekretaris BPBD Kabupaten Lumajang kepada Sentral FM, Kamis (2/7/2015), mengatakan bahwa menghadapi musim kemarau kekeringan tidak bisa dihindari dan tidak dipungkiri masih terjadi di wilayah hutan dan pemukiman.
“Kami dari BPBD mengimbau masyarakat waspada di saat musim kering (kemarau, red) ini,” katanya.
Untuk potensi kebakaran di wilayah pemukiman, masyarakat diminta memperhatikan unsur kelalaian dalam penggunaan instalasi listrik yang tidak sesuai dengan SNI (Standar Nasional Indonesia).
“Biasanya, pemasangan sambungan instalasi listrik yang tidak standar inilah yang banyak memicu terjadinya korsleting dan kebakaran. Sebaiknya dicek ulang diperbaiki sambungannya hingga sesuai standard. Tujuannya agar potensi kebakaran bisa diantisipasi,” paparnya.
Pemicu lainnya adalah kelalaian dalam penggunaan api atau perangkat memasak di dapur.” Biasanya memasak menggunakan tungku atau kompor, ditinggal hingga api tidak terkontrol dan menyebabkan kebakaran. Atau, bisa juga menggunakan lilin saat listrik padam hingga tersengol jatuh lalu terbakar,” sambungnya.
Sedangkan untuk potensi kebakaran hutan, Purwanto menyampaikan, ada beberapa penyebab yang bisa memicu. Diantaranya, kelalaian warga di sekitar hutan yang membuka hutan dengan membakar semak dan ilalang.
Aktivitas itu membuat api sulit terkontrol karena hutan dalam kondisi kering. Api kemudian meluas sehingga terjadinya kebakaran yang culit dikendalikan.” Pemicu seperti ini, terjadi beberapa kali dalam tahun lalu. Dimana hutan di kawasan Guung Lemongan dan di Desa oro-Oro Ombo, Kecamatan Pronojiwo terbakar,” ungkap dia.
Selain itu, pemicu yang potensial juga diakibatkan warga membuang puntung rokok sembarangan.” Sebenarnya pemicu ini sepele, namun dampaknya sangat besar. Karena mengakibatkan hutan terbakar. Kami mengimbau masyarakat untuk saling menyadari, bahwa hutan adalah penyangga kelestarian dan penyangga air yang sangat kita butuhkan bersama,” ujarnya.
Penyebab terakhir adalah faktor alam, terutama di kawasan hutan di sepanjang jalur lava pijar di wilayah selatan Lumajang. Dimana, tahun lalu terjadi kebakaran hutan karena lelehan lava pijar yang membakar semak belukar hingga merembet ke kawasan hutan.
“Dari data tahun lalu, hutan yang terbakar di wilayah selatan mencapai 20 hektar dan di Gunung Lemongan mencapai 80 hektar. Sehingga total area hutan yang terbakar mencapai 100 hektar,” urainya.
Untuk menangani potensi kebakaran ini, BPBD Kabupaten Lumajang telah melakukan koordinasi dengan instansi terkait guna melakukan penanggulangan bersama. Diantaranya dengan Perhutani, TNBTS dan juga unsur TNI/Polri.
“Yang jelas tim pemadam telah disiapkan dari Pemkab Lumajang yang bisa sewaktu-waktu bisa dimobilisasi guna menangani kebakaran,” pungkas Purwanto.
Sementara itu, Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) menginformasikan terjadi kebakaran padang savana di kawasan Puncak B-29. Tepatnya di areal pundak lembu yang apinya meluas hingga membakar savana di wilayah perbukitan setempat.
DR Ir Ayu Dewi Utari, Msi Kepala Balai Besar TNBTS mengatakan, api yang membakar beberapa hektar padang savana di perbukitan B-29 telah berhasil dijinakkan. Kebakaran savana di puncak lembu diketahui hari Minggu lalu dan setelah seharian melakukan upaya pemadaman dengan mengerahkan personel TNBTS dibantu warga, sehari kemudian api berhasil dijinakkan.
“Untuk penyebab kebakarannya, kami belum bisa memastikan. Namun saat kemarau ini, kawasan hutan di wilayah kami memang rawan terjadi kebakaran. Tahun lalu juga sempat terjadi beberapa kali peristiwa kebakaran,” pungkas dia. (her/dwi)
Teks Foto :
– Purwanto, SH.
Foto : Sentral FM