Hingga pertengahan puasa indek harga konsumen atau inflasi di Jawa Timur ternyata masih relatif terjaga. Bahkan inflasi di Jawa Timur untuk bulan Juni ternyata hanya 0,45 persen atau lebih rendah dibandingkan dengan inflasi secara nasional yang mencapai 0,54 persen.
“Inflasi kali ini memang lebih rendah dibandingkan rata-rata nasional karena suksesnya pemerintah daerah dalam mengendalikan beberapa harga komoditas pangan,” kata Sairi Hasbullah, Kepala BPS Jawa Timur, Rabu (1/7/2015).
Dilihat dari rata-rata inflasi untuk pertengahan puasa kali ini, Kota Surabaya masih menjadi penyumbang inflasi tertinggi yang mencapai 0,54 persen; diikuti Kota Probolinggo sebesar 0,44 persen; Kabupaten Sumenep dan Kota Malang masing-masing sebesar 0,38 persen; serta Kota Madiun sebesar 0,32 persen.
Dari catatan BPS, tujuh kelompok pengeluaran seluruhnya juga mengalami inflasi diantaranya kelompok bahan makanan sebesar 0,92 persen; lantas maknan jadi 0,79 persen; kelompok sandang 0,47 persen; serta kesehatan sebesar 0,35 persen.
Komoditas yang memberi andil besar dalam terjadinya inflasi di antaranya adalah daging ayam ras, telur ayam ras, apel, bensin, gula pasir, tarif listrik, beras, mie, pisang dan es.
“Beruntung masih banyak komoditas yang mengalami deflasi sehingga mampu menurunkan angka inflasi di Jawa Timur. Bahkan bawang merah dan nangka jadikan inflasi di Jatim rendah,” kata dia.
Beberapa komoditas yang deflasi diantaranya adalah bawang merah, tomat sayur, cabai rawit, nangka muda, daging sapi, sawi hijau, minuman ringan, serta kentang. Bahkan bawang merah mengalami deflasi hingga 7,24 persen.(fik/ipg)