Hingga Sabtu (27/6/2015), Gunung Raung di Banyuwangi masih berstatus waspada, sehingga pesawat udara diimbau tidak terbang tepat di atasnya.
“Lebih baik cari jalur menyamping. Warga sekitar juga kami sarankan tidak mendaki atau mendekati kawah dalam radius 1.500 sampai 2.000 meter,” kata Gede Suantika Kepala Bidang Pengamatan Gunung Api Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) kepada Radio Suara Surabaya, Sabtu siang.
Semburan abu tertinggi terjadi pada Kamis (25/6/2015), dengan ketinggian mencapai 3.800 meter dpl atau 300 meter dari puncak gunung. “Namun konsentrasinya belum banyak,” katanya.
Gede menambahkan, dalam enam bulan terakhir, Gunung Raung mengalami erupsi dengan tipe trombolian dengan ciri terus mengalami gempa dan tremor. “Lahar panas Raung belum pernah keluar. Selalu jatuh ke dalam kawah,” katanya.
Sementara, dalam 10 tahun terakhir, satelit milik The Darwin Volcanic Ash Advisory Centre (VAAC) yang memantau atmosfer di khatulistiwa, masih memantau ada kepulan abu dari gunung setinggi 3.400 dpl tersebut.
“Untuk Asia, selalu ada kepulan abu dari Gunung Raung, kadang-kadang juga terpantau dari Gunung Semeru. Selalu ada, tidak pernah jadi masalah bagi penerbangan domestik,” ujarnya.
Menurut Gede, kondisi ini berbeda dengan letusan Gunung Galunggung pada tahun 1982. “Pukulan abunya luar biasa. Sampai penerbangan terganggu karena mesin pesawat menyedot abu vulkanik. Memang konsentrasinya cukup tebal,” kata Gede. (iss/ipg)