Saat memasuki musim Lebaran, banyak orang yang lepas kontrol saat membelanjakan uang Tunjangan Hari Raya (THR). Biasanya, alasan “cuma setahun sekali” menjadi tameng paling ampuh untuk menghabiskan uang THR.
Iman Supriono, Direktur SNF Consulting mengatakan, kebiasaan ini harus diubah karena sebenarnya Anda tidak bisa melepaskan diri dari hal-hal yang bersifat jangka panjang.
“Jika pengeluaran saat Lebaran tidak dipikirkan secara masak-masak, ekonomi keluarga dalam jangka panjang akan tidak bagus,” katanya kepada suarasurabaya.net.
Jenis Pendapatan
Pemasukan keuangan keluarga dapat digolongkan ke dalam tiga jenis pendapatan.
Pertama, pendapatan tetap yang didapatkan dengan meluangkan waktu dan tenaga. Biasanya disebut juga dengan gaji. THR masuk dalam golongan pertama ini.
Kedua, pendapatan investasi yang berasal dari asset yang Anda beli dan mendapat keuntungan karena digunakan orang lain.
Ketiga, pendapatan subsidi yang berasal dari pemberian orang lain, misalnya orang tua.
Pola 10-10-80
Dalam mengelola uang THR, Anda perlu membaginya ke dalam pola 10-10-80. Sebelumnya, tambahkan THR Anda dengan gaji bulanan. Setelah itu, sisihkan 10 persen untuk zakat, infaq dan shodaqoh; 10 persen selanjutnya untuk investasi; dan 80 persen sisanya baru dipakai untuk kebutuhan sehari-hari, termasuk untuk belanja keperluan Lebaran.
“Sebuah keluarga dapat dikatakan memiliki ekonomi yang kuat apabila pendapatan dari investasinya sudah bisa mencukupi kebutuhan sehari-harinya,” kata Iman yang juga penulis 10 buku manajemen ini.
Keuntungan yang Diperoleh
Dengan selalu menyisihkan 10 persen pendapatan Anda untuk investasi, Anda telah menyiapkan masa depan yang lebih baik bagi keluarga.
“Meskipun saat ini Anda telah menduduki jabatan tinggi di sebuah perusahaan, jabatan itu tidak bisa Anda wariskan kepada anak Anda. Tetapi, dengan memiliki investasi, Anda bisa mewariskan seutuhnya kepada anak Anda kelak,” kata Iman.(iss/ipg)