Dua mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Surabaya (Ubaya), Stephanie Wirakarsa dan Almas Ula Salsabila rebut juara di kompetisi Regional Medical Olympiad (RMO) 2019 untuk cabang Neuropsikiatri.
Kompetisi yang digelar di Malang kali ini merupakan kerjasama dengan Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia (ISMKI), dan Ubaya menjadi satu-satunya Perguruan Tinggi Swasta (PTS) yang berhasil menjuarai kompetisi ini.
Pada kompetisi RMO 2019 ini terdapat enam cabang yang dilombakan yaitu Neuropsikiatri, Muskuloskeletal, Uro-reproduksi, Digestif, Kardio-Respirasi, dan Penyakit Menular.
Setiap Universitas hanya diperbolehkan mengirimkan satu tim yang terdiri dari dua mahasiswa Fakultas Kedokteran untuk satu cabang perlombaan.
Stephanie Wirakarsa dan Almas Ula Salsabila mewakili Ubaya untuk berkompetisi cabang Neuropsikiatri melawan 11 tim Fakultas Kedokteran dari seluruh Universitas di wilayah Jawa Timur hingga Papua.
Neuropsikiatri adalah cabang ilmu kedokteran dan klinis yang menggabungkan neurologi (kajian dan pengobatan gangguan sistem saraf) dan psikiatri (kajian dan pengobatan kondisi kejiwaan).
Persiapan kompetisi berupa latihan dan bimbingan intensif dilakukan tim Fakultas Kedokteran Ubaya bersama dosen pembimbing selama dua bulan baik secara tatap muka maupun online.
Stephanie Wirakarsa dan Almas Ula Salsabila mewakili Ubaya dalam RMO 2019 dan meraih juara di cabang Neuropsikiatri. Foto: Humas Ubaya
“Persiapan latihan soal pilihan ganda, praktikum, simulasi tanya jawab menangani kasus pasien yang memiliki gangguan saraf dan kejiwaan. Target awal kami hanya lolos babak semifinal, ternyata malah lolos final, ini luar biasa,” terang Stephanie Wirakarsa, mahasiswi angkatan 2016 ini.
Selama empat hari kompetisi, Stephanie Wirakarsa dan Almas Ula Salsabila harus melewati beberapa tahap babak penyisihan dengan beberapa metode ujian hingga lolos meraih juara II.
Pada babak penyisihan terdapat metode ujian Multiple Choice Question (MCQ) berbasis Computer Based Test (CBT) dengan total jumlah 120 soal dalam waktu 120 menit. Kemudian ujian Objective Structured Practical Examination (OSPE) yaitu pertanyaan praktikum terkait biomedik dan pemeriksaan penunjang.
Setelah berhasil lolos babak penyisihan, tim Fakultas Kedokteran Ubaya masuk dalam babak semifinal dengan mengikuti ujian MCQ II dengan total jumlah 100 soal dalam waktu 100 menit.
Selanjutnya Objective Student Case Examination (OSCE) yaitu praktik menjadi dokter untuk menghadapi atau menangani pasien sesuai perintah soal.
Tahapan ini tergolong ujian yang sulit bagi tim Fakultas Kedokteran Ubaya karena harus mengintegrasikan teori dan praktik serta harus mengerti bagaimana menangani atau memberikan terapi yang tepat kepada pasien.
Namun, tim Fakultas Kedokteran Ubaya berhasil lolos ke babak final. Ujian terakhir yang dihadapi yaitu Student Oral Case Analysis and Public Health (SOCA-PH).
Ujian ini menilai kemampuan analisis terhadap kasus terkait sistem saraf dan kondisi kejiwaan. Selanjutnya, tim mengikuti Medical Quiz Game (MQG) yang terdiri dari dua jenis soal yaitu soal wajib serta soal rebutan tanya jawab.
Sementara itu, ditambahkan dr. Valentinus Besin, Sp.S., Dosen Pembimbing sekaligus pengajar mata kuliah Neurologi di Fakultas Kedokteran Ubaya, bahwa peserta lomba atau kompetisi untuk cabang Neuropsikiatri memang tidak banyak. Selain penggunaan Bahasa Inggris dalam kompetisinya juga cabang ini punya kesulitan tersendiri
“Peserta lomba cabang Neuropsikiatri memang sedikit dibandingkan dengan cabang yang lain, karena kompetisi di bidang ini mengharuskan mahasiswa untuk menggunakan bahasa Inggris. Sehingga memiliki tingkat kesulitan yang tinggi. Pertama mereka berpikir harus menjawab apa, kedua bahasa Inggrisnya apa dengan waktu yang sudah ditentukan,” tutur dr. Valentinus Besin, Sp.S.
Dan kemenangan tim Ubaya yang terdiri dari Stephanie Wirakarsa dan Almas Ula Salsabila kali ini tentunya sangat membanggakan Fakultas Kedokteran sendiri secara khusus dan civitas akademika Universitas Surabaya pada umumnya.
“Kemenangan tim Ubaya tentunya sangat membanggakan bagi kedua mahasiswa pesertanya, tetapi juga ini bukti mahasiswa Fakultas Kedokteran Ubaya mampu bersaing dengan fakultas yang sama di PTN. Ini sangat luar biasa dan semoga jadi inspirasi,” pungkas Valentinus, Selasa (16/7/2019).(tok/iss)