Permainan tradisional atau dolanan jaman dulu (jadul) memang sangat beragam. Dalam setiap permainan, berbeda-beda nilai filosofinya. Salah satunya dolanan jadul egrang yang memuat filosofi keseimbangan diri.
Kris salah seorang penikmat permainan egrang mengatakan, permainan ini berkembang seolah di masa lalu saja. Padahal egrang secara filosofis mengajarkan untuk mandiri.
“Artinya kita bisa berdiri. Kita berjalan menggunakan bambu yang disitu ada tempat pijakannya. disitu kita memerlukan keseimbangan, memerlukan kestabilan,” ujarnya kepada Radio Suara Surabaya beberapa waktu lalu.
Berjalan menggunakan egrang, kata Kris, seperti melakukan sebuah pelajaran dalam menjalani kehidupan.
Suparman Ketua Federasi Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia (FORMI) Jawa Timur mengatakan bermain egrang itu sama halnya dengan mengayuh sepeda.
“Sama seperti kalau kita belum bisa naik sepeda, kita belajar naik sepeda. Kita main egrang juga belajar dulu melatih keseimbangan diri,” kata Suparman.
Belajar keseimbangan diri sangat dibutuhkan dalam kehidupan, terutama untuk mencapai tujuan-tujuan atas keinginan tertentu.
“Hidup ini adalah suatu keseimbangan. Kalau hidup tidak seimbang dengan apa yang dimaui, akan pincang. Ini filosofinya tinggi. Bisa berjalan kalau dia seimbang dalam hidupnya,” ujarnya.
Egrang berasal dari bahasa Lampung yang berarti terompah pancung yang terbuat dari bambu bulat panjang. Egrang merupakan permainan tradisional Indonesia yang dapat dijumpai di berbagai daerah dengan nama berbeda-beda.
Sebagian wilayah Sumatera Barat mengenalnya dengan sebutan Tengkak-tengkak, dari kata Tengkak (pincang). Di Bengkulu dikenal dengan nama Ingkau yang berarti sepatu bambu. Sedangkan di Jawa Tengah dikenal dengan Jangkungan, yang berasal dari nama burung berkaki panjang.
Untuk memainkan egrang ini, hal pertama yang harus dilakukan adalah menegakkan egrang sedikit condong ke depan. Posisikan egrang tidak sejajar. Satu kaki egrang di depan dan satunya di belakang. Mulai injakkan salah satu kaki pada pijakan lalu diikuti kaki satu lagi.
Pada saat pijakan sudah nyaman mulailah berjalan di tempat dan jangan berhenti jika tidak yakin akan seimbang. Sedangkan bila merasa akan terjatuh, jatuhkan kaki diantara egrang.
Egrang ini adalah salah satu dolanan jadul yang diusung dalam Surabaya Urban Culture Festival (SUCF) 2015. Masyarakat Surabaya yang pernah bermain egrang dan merasa tertantang untuk memainkannya lagi, bisa memainkannya dengan keluarga atau kawan pada even Suara Surabaya Media, bersama Pemkot Surabaya, dan Polrestabes Surabaya pada 7 Juni 2015 ini.
Pada hari itu, Sepanjang Jalan Tunjungan akan menjadi ladang permainan dalam peringatan Hari Jadi Kota Surabaya ke-722, sekaligus peringatan Ulang Tahun Suara Surabaya Media yang ke-32. (den/fik)