Tidak hanya sebagai pengendali banjir, seluruh bantaran Kalimas dapat menjadi ruang ekonomi dan destinasi wisata yang terorganisir dengan baik.
Hal itu disampaikan Benny Poerbantanu, pakar tata kota dari Universitas Kristen Petra Surabaya.
Menurut Benny, beberapa hal yang harus dicermati pemkot saat menata Kalimas adalah kondisi bantaran Kalimas yang membelah Kota Surabaya memiliki karakteristik yang berbeda-beda.
Benny membagi Kalimas menjadi beberapa bagian, yaitu Karang Pilang-Gunungsari, Gunungsari-Jagir, Jagir-Wonorejo, Wonokromo-Kayun dan Kayun-Petekan.
Menurut Benny, di setiap bagian tersebut dapat dibangun menjadi taman dengan mengusung tema berbeda. Pemerintah kota dapat mengadakan kegiatan untuk publik sesuai tema taman tersebut secara kontinu.
“Kegiatan semacam ini akan menjadi pilihan destinasi wisata outdoor warga kota. Jadi, tidak hanya wisata indoor berupa nge-mall saja,” katanya
Selain itu, Benny menilai walau bagian sungai di Dinoyo sampai jembatan Ngagel telah terbuka tapi belum maksimal.
“Wilayah ini bisa dijadikan pedestrian yang dapat dimanfaatkan oleh warga kota untuk mencari keteduhan dan menghirup udara segar,” katanya.
Beberapa titik di bantaran Kalimas, kata Benny, juga dapat digunakan sebagai ruang ekonomi bagi sektor informal.
“Seperti yang di Monkasel itu, tapi bukan hanya sekedar makanan saja,” katanya. (iss/dwi)