Badan Nasional Penanggulangan Terorisme mensinergikan semua instansi yang terlibat dalam penanganan teroris baik Kepolisian maupun TNI serta instansi lainnya.
“Penanggulangan teroris itu tidak hanya Polri saja tapi TNI juga perlu disatukan, dikoordinasikan dan disinergikan,” kata Irjen. Pol Arief Dharmawan Deputi BNPT Bidang Pinandakan, Pembinaan dan Kemampuan di sela-sela penutupan latihan terorisme di Watukosek, Pasuruan kepada wartawan, Rabu (29/4/2015).
Dia menjelaskan, sinergi itu dilakukan BNPT setelah melihat, meneliti dan mengkaji bahwa setiap instansi itu mempunyai tanggung jawab untuk mengamankan dan memberantas terorisme di areanya masing-masing. Tujuannya untuk menjaga keutuhan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia).
“Seperti kita lihat saat latihan penanganan terorisme TNI tidak mengintervensi Polri. Begitu sebaliknya Polri juga tidak mengintervensi TNI saat melakukan penanganan teroris,” ujar dia.
Dia mengungkapkan, kedepannya akan lebih distandarkan operasional prosedural (SOP) dalam penanganan terorisme. Sebab, di tahun 2013 belum terlihat SOP-nya tapi di 2014 terlihat jelas bentuk model SOP-nya.
Dimana, nanti akan terus dilakukan latihan penanganan terorisme di seluruh Indonesia. Seperi di Watukosek, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Malang kemudian yang terakhir pelatihan di Lampung.
“Bukannya latihan di beberapa wilayah itu dianggap rawan terorisme. Tapi, itu dilakukan untuk mensinergikan semua instansi yang ikut terlibat menangani terorisme,” ujar dia. (bry/dwi)
Teks Foto :
– Simulasi penanganan terorisme yang dilakukan dari TNI dan Polri serta tim bentukan BNPT.
Foto : Bruriy suarasurabaya.net