Penyebaran narkoba semakin marak di Indonesia karena telah memasuki ranah bisnis dengan nilai ekonomis yang sangat besar. Harga per kilogram narkoba yang mencapai miliaran rupiah membuat banyak orang tergiur untuk ikut ke dalam bisnis haram ini. Hal ini disampaikan oleh Brigjen Pol Bahagia Dachi Direktur Tindak Pidana Pencucian Uang Deputi Bidang Pemberantasan Badan Narkotika Nasional (BNN).
“Di Indonesia bisa 1 miliar Rupiiah untuk 1 kilogramnya (narkoba, red), yang jadi kurir bisa dapat komisi 50 juta Rupiah per kilonya. Sangat luar biasa, orang-orang ini akhirnya menjadikan narkoba sebagai bisnis,” kata Brigjen Pol Dachi kepada Radio Suara Surabaya, Sabtu (20/7/2019).
Ia juga menegaskan, bahwa Indonesia sudah darurat narkoba. Ini terbukti dengan banyaknya napi yang berada dipenjara didominasi napi yang tersangkut narkoba dibanding napi yang terlibat kasus kriminal.
“Negara kita sudah ampun-ampun sama korban narkoba. Di penjara itu, tiga perempatnya korban narkoba, bukan karena kejahatan (kriminal),” ujarnya.
Untuk itu, ia menilai bahwa kampanye narkoba sebagai musuh bersama harus serentak disuarakan oleh semua kalangan. Jika selama ini sosialisasi banyak dilakukan Badan Narkotika Nasional (BNN), sudah saatnya kampanye Anti Narkoba kembali ‘dibumikan’.
“Kampanye ini harus dibumikan, tidak bisa hanya Radio SS (Suara Surabaya, red) atau BNN saja, tapi juga di sekolah-sekolah, kampus-kampus, di rumah tangga, di masjid, gereja, semua harus dibumikan,” tambah Brigjen Pol Dachi.
Disisi lain, ia menampik alasan pengguna yang menggunakan narkoba untuk meningkatkan stamina dan kekuatan sehingga tidak mudah lelah. Menurutnya, alasan tersebut bohong dan hanya pembenaran saja.
Ia mengatakan, efek penggunaan narkoba adalah munculnya halusinasi, ilusi dan hayalan. Sehingga pengguna merasa bahwa seakan-akan mereka memiliki kekuatan untuk terus beraktifitas.
Ia mencontohkan, seperti yang dialami banyak Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang disodorkan narkoba untuk dapat terus bekerja tanpa henti. Namun pada akhirnya, para TKI tersebut banyak yang sakit karena stamina terus dikuras untuk terus bekerja.
“Anak-anak kita yang TKI di luar negeri kerja di kebun-kebun, itu selalu disodorkan sabu-sabu biar mereka kerja terus, perusahaan produksi terus. Tapi setelah itu anak-anak kita sakit karena kerja terus. Jadi itu hanya ilusi saja, khayalan saja,” ujarnya.
Untuk itu, ia mengimbau kepada masyarakat khususnya orang tua, untuk terus mengawasi anak-anak mereka. Salah satunya tidak membekali uang saku yang banyak, dan selalu membawakan bekal sendiri di rumah. Hal ini untuk mencegah penyebaran narkoba lewat makanan atau minuman yang diberikan oleh orang asing.(tin/ipg)