Pembangunan di Kota Surabaya pada era pemerintahan Tri Rismaharini sebagai Wali Kota Surabaya dinilai sarat pembangunan infrastruktur. Namun, pengamat justru menyoroti kurangnya pembangunan sosial-budaya di Surabaya.
Fahrul Muzzaki-Pengamat Politik dari Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Unair mengatakan pembangunan di Kota Surabaya sangat baik. Terutama tampak dari data BPS tentang Index Pembangunan Manusia (IPM) Kota Surabaya yang terus mengalami peningkatan hingga tahun 2012.
Selain itu, pembangunan kota Surabaya juga tampak dari perkembangan teknologi informasi dalam berbagai bidang. “Seperti e-procurement, yang berhasil memutus mata rantai makelar,” ujar Fahrul dalam diskusi rutin Pengurus Cabang Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (PC ISNU) di sebuah restoran di Jx-International Surabaya, Minggu (26/4/2015).
Namun, kata Fahrul, ia menilai kepemerintahan Risma terlalu otokratik dan kurang partisipasi masyarakat. “Lebih ke one man show,” katanya. Sementara, tingkat kerawanan sosial masih relatif rendah. Fahrul mencotontohkan, maraknya kasus begal di Surabaya beberapa waktu lalu.
Demikian juga, Fahrul penutupan Dolly belum tuntas. Justru menimbulkan masalah baru yaitu prostitusi onlin yang sulit dikontrol. “Kalau Pemkot punya terobosan e-procurement, dan produk IT Pemkot yang e lainnya, muncul juga e-dolly,” selorohnya. Ini kata dia, karena tidak ada tindak lanjut setelah penutupan dolly.
Hal lain yang juga menjadi perhatian Fahrul, adalah pengelolaan KBS yang belum pulih. “Pengelolaan KBS ini cenderung menurun. Ini sempat menjadi sorotan dunia. Ada macan yang digantung, hewan mati, dijual dan sebagainya,” katanya. (den/dop/dwi)
Teks Foto :
– Risma dalam acara Jambore Air 2015 di Kebun Bibit Wonorejo beberapa waktu lalu.
Foto: Denza Perdana suarasurabaya.net