Sejumlah negara dari 4 benua dan 5 provinsi di Indonesia telah menampilkan keunikan budayanya masing-masing hari ini, Minggu (21/7/2019), dalam acara festival seni lintas budaya bertajuk Surabaya Cross Culture 2019. Jumlah peserta yang berpartisipasi tahun ini lebih banyak dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Tri Rismaharini Wali Kota Surabaya mengungkapkan, kegiatan yang digelar setiap tahun ini diharapkan bisa menambah kepercayaan dunia internasional terhadap Kota Surabaya. Dia pun optimistis, tahun depan peserta Surabaya Cross Culture ini akan bertambah.
Adapun tujuannya mengundang berbagai negara ini, kata dia, adalah untuk saling mengenal atau mempelajari budaya dari beberapa negara. Ini diharapkan juga bisa meningkatkan kualitas pendidikan anak-anak. Terutama untuk mempersiapkan era perdagangan bebas pada 2020 mendatang, sebagaimana yang ditetapkan World Trade Organization (WTO).
“Artinya keterbukaan dunia ini sudah menjadi sesuatu yang harus kita siapkan. Ini adalah suatu tantangan, kesempatan, dan peluang untuk kita bisa hidup dibelahan dunia manapun ke depan,” kata Risma.
Festival lintas budaya tahun ini diikuti sebanyak 13 negara. Di antaranya adalah Jepang, India, Polandia, Ceko,Timor Leste, Bulgaria, Uzbekistan, Russia, Mexico, Thailand, Italy, dan Guangzhou. Satu negara yaitu Korea terpaksa tidak bisa berpartisipasi karena faktor cuaca.
Kemudian juga ada 5 lintas provinsi yang turut berpartisipasi. Yaitu Kabupaten Banggai, Pangkalpinang, Kota Solok, Jawa Barat, dan Bali.
“Tahun ini, Korea tidak bisa terbang karena ada badai. Kita akan berusaha untuk menambah terus negara yang ikut berperan serta untuk ini. Tapi saya yakin tahun depan akan banyak lagi. Mudah-mudahan ini bisa mengukuhkan Surabaya menjadi kota pariwisata,” kata dia.
Sementara itu, Said Rachmat Presiden CIOFF (Council of Organizations of Folklore Festivals and Folk Arts) mengungkapkan, Surabaya Cross Culture ini sudah banyak dikenal oleh negara-negara lain. Banyak, negara yang tertarik untuk berpartisipasi. Namun, pihaknya hanya membatasi 13 negara saja.
Ini karena ada beberapa hal yang membuatnya tidak bisa menerima banyak negara dalam festival ini. Salah satunya, terkait keterbatasan tempat. Said mengaku, itu akan menjadi evaluasi untuk Surabaya Cross Culture tahun depan.
“Kita akan cari tempat yang lebih besar lagi. Tanggapannya soal festival ini dari negara-negara lain luar biasa. Mereka menyebut bahwa Surabaya adalah kota yang sangat bersih dan masyarakatnya juga dikenal sangat ramah,” kata Said. (ang/tin/iss)