LRT (Laundry, Repaint, and Treatment) merupakan inovasi baru untuk jasa pencucian sepatu di kalangan anak-anak muda zaman sekarang. Ini bisa dibuktikan dengan maraknya jasa cuci sepatu seperti ini di berbagai kota di Indonesia.
Terhitung sejak tahun 2014 lalu, kota-kota seperti Surabaya, Jakarta, dan Yogyakarta sudah banyak ditemukan usaha seperti ini. Di Surabaya sendiri, usaha seperti ini pun juga sudah mulai menjamur.
Feby Yudhianto (21) owner dari Freshoes salah satu jasa pencucian sepatu ala LRT yang mulai berkembang di Surabaya menjelaskan pada suarasurabaya.net, “Ini adalah sebuah bentuk kegelisahan saya karena banyak teman-teman yang sepatunya sebenarnya masih bagus, namun memilih untuk membeli yang baru lagi. Padahal, melalui sistem pencucian ini, sepatu pudar pun sekarang tidak hanya bersih, namun bisa nampak seperti baru lagi.”
Mahasiswa ITS yang mendirikan Freshoes pada Mei 2014 ini, mengungkapkan, mekanisme pencucian LRT menurutnya saat ini digemari oleh masyarakat terutama anak-anak muda.
“Mekanisme pencucian tergantung dari order customer sendiri. Ada yang hanya ingin dicuci (laundry), namun ada juga yang ingin sepatunya nampak seperti baru lagi. Kalau ingin seperti baru lagi (warnanya) masuk dalam tahap repaint (cat ulang). Namun, sebelum masuk dalam tahap repaint sepatu harus bersih terlebih dahulu. Kenapa? karena jika tidak bersih dahulu, kotoran-kotoran yang menempel pada sepatu bisa tercampur ke dalam warnanya. Terakhir, ada pula customer yang juga ingin sekalian sepatunya wangi, jadi masuk dalam tahap akhir yaitu treatment (pemolesan) seperti dikasih wewangian. Kadang sepatu bau itu dicuci saja tidak bisa menghilangkan baunya, maka ada yang namanya treatment dalam jasa ini,” imbuhnya.
Menurutnya, untuk di Surabaya sendiri, usaha seperti ini sudah ada sekitar 7 sampai 10 jasa. Kata Feby, untuk memulai usaha seperti ini harus ada basic yang kental terlebih dahulu mengenai dunia sepatu.
“Saya melihat usaha seperti ini adalah bentuk peluang pasar. Namun, bagi mereka yang ingin memulainya wajib menjadi seseorang yang maniak sepatu terlebih dahulu. Kalau ada orang awam yang langsung membuka bisnis ini, takutnya akan mengecewakan pelanggan, karena dia tidak paham akan keinginan pelanggan. Selain itu, ya harus niat dan berani mengambil risiko,” ujarnya.
Sementara itu, Asmoro (22) salah seorang mantan fotografer LRT di Yogyakarta mengatakan, adanya sistem ini merupakan nyawa baru bagi dunia sneakershead (pecinta sepatu) khususnya bagi anak-anak muda.
“Usaha ini terlihat sangat menjanjikan, terutama repaint (cat ulang), yang bisa membuat warna sepatu nampak seperti baru lagi. Ini sudah menjadi tren juga di beberapa negara selain Indonesia,” pungkasnya. (dop/ipg)
Teks Foto:
1. Diaz dan Feby dari Freshoes Surabaya.
2. Proses LRT sepatu.
Foto: Dodi suarasurabaya.net