Sabtu, 23 November 2024

Harga Minyak Dunia Melonjak

Laporan oleh Dwi Yuli Handayani
Bagikan
Ilustrasi

Harga minyak dunia melonjak pada Jumat (27/3/2015) pagi setelah jet-jet tempur Arab Saudi menyerang sasaran pemberontak di Yaman, memicu kekhawatiran meningkatnya krisis di negara itu bisa mengancam produsen minyak mentah di Timur Tengah.

Seperti dilansir Antara, patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Mei, melonjak 2,22 dolar AS, atau 4,5 persen, menjadi ditutup pada 51,43 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange, merupakan tingkat tertinggi dalam lebih dari tiga minggu, lapor AFP.

Di London, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Mei, patokan global, melonjak 2,71 dolar AS menjadi menetap di 59,19 dolar AS per barel.

Kontrak mulai menguat pada Rabu (25/3/2015) menyusul berita bahwa Presiden Yaman Abedrabbo Mansour Hadi dilarikan ke “tempat yang aman” setelah sebuah pesawat tempur menyerang kompleks kepresidenan.

Yaman berbatasan langsung dengan produsen minyak utama Arab Saudi, yang pada Rabu meluncurkan serangan terhadap pemberontak Huthi dalam upaya membantu menyelamatkan pemimpin Yaman yang diperangi.

Yaman telah dicengkeram oleh kekacauan yang terus meningkat sejak pemberontak Syiah melancarkan perebutan kekuasaan di Sanaa pada Februari.

“Ketegangan geopolitik di Yaman mendorong harga minyak lebih tinggi,” Daniel Ang, seorang analis investasi Phillip Futures, mengatakan kepada AFP.

“Yaman bukan produsen besar tetapi merupakan pusat perdagangan di wilayah tersebut, sehingga ketegangan di sana dapat menyebabkan gangguan dalam aktivitas perdagangan produk-produk energi,” kata analis yang berbasis di Singapura itu.

Gejolak di Yaman telah dibayangi dampak kenaikan pasokan minyak mentah AS, yang meningkat 8,2 juta barel dalam pekan yang berakhir 20 Maret, menambah pasokan global yang berlimpah, kata para analis.

Harga minyak dunia telah jatuh sekitar 60 persen dalam enam bulan hingga awal Februari, karena produksi AS yang kuat memperburuk produksi tinggi oleh kartel OPEC.

“Kelebihan pasokan di pasar minyak menjadi semakin tinggi dalam beberapa bulan terakhir, mengabaikan risiko geopolitik yang lebih besar,” kata analis Csommerzbank dalam sebuah catatan untuk kliennya.

“Namun demikian, ini tiba-tiba datang kembali ke dalam fokus yang tajam, menyusul serangan udara militer yang dilakukan oleh 10 negara Teluk dipimpin Saudi terhadap pemberontak Huthi di Yaman”. (ant/dwi)

Berita Terkait

Harga Minyak Dunia Melonjak

Laporan oleh Dwi Yuli Handayani
Bagikan
Ilustrasi. Foto : energitoday.com

Harga minyak dunia melonjak pada Jumat (6/2/2015) pagi dalam sebuah perdagangan yang fluktuatif, menghapus sebagian kerugian besar hari sebelumnya dalam apa yang para analis katakan sebagai sebuah technical rebound.

Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret, melonjak 2,73 dolar AS (4,2 persen) menjadi ditutup pada 50,48 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange, lapor AFP.

Minyak mentah Brent North Sea untuk Maret, patokan Eropa, menetap di 56,57 dolar AS per barel di perdagangan London, meningkat 2,41 dolar AS (4,4 persen) dari tingkat penutupan Rabu.

“Volatilitas merajalela di pasar minyak sekarang, harga berkisar naik dan turun sebesar 5,0 persen setiap hari, sehingga para pedagang berdesak-desakan untuk mengambil posisi,” kata Jasper Lawler, analis pasar di kelompok perdagangan CMC Markets UK seperti dilansir Antara.

Matt Smith dari Schneider Electric mengatakan bahwa tindakan Kamis lebih dari apapun disebabkan oleh technical bounce-back dari penurunan tajam.

Terpukul oleh data resmi yang menunjukkan peningkatan lain dalam persediaan minyak mentah AS pada Rabu, mencapai tingkat tertinggi dalam 30 tahun terakhir, WTI jatuh hampir lima dolar AS, atau hampir sembilan persen, menggemakan sebuah penurunan tajam harga di Brent yang merupakan yang terbesar sejak November.

Selama tiga sesi sebelumnya, harga minyak telah naik hampir 20 persen karena investor berspekulasi pasokan akan mengetat dalam jangka panjang karena perusahaan-perusahaan minyak utama mengurangi investasi dan pengeboran mereka untuk mengatasi penurunan harga.

Volatilitas pasar dalam lima hari terakhir berada pada tingkat tertinggi sejak 2009 pada indeks volatilitas VIX untuk WTI, kata Ole Hansen, seorang analis di Saxo Bank.

Minyak mentah telah kehilangan sekitar 60 persen dari nilainya sejak Juni, ketika harga berada pada lebih dari 100 dolar AS per barel.

“Pasar benar-benar mencari tanda-tanda bahwa kelebihan produksi yang merupakan pendorong dominan dalam aksi jual telah dibatasi,” kata Gene McGillian dari Tradition Energy.

“Saya belum berpikir kita bisa benar-benar menyimpulkan bahwa itu terjadi”. (ant/dwi)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
26o
Kurs