Satrio Wiweko, Direktur LSM Sahabat Lingkungan mengatakan jika dilestarikan dengan baik, sungai dapat menjadi sumber ekonomi bagi warga Surabaya.
“Jika masyarakat melestarikan sungai dengan baik, sungai dapat menghidupi kita. Salah satu contohnya sungai di Lumajang yang dikelola dengan baik sehingga airnya jernih. Di sungai itu, warga memelihara ikan di keramba dan menanam sayur mayur di bagian atasnya sehingga menambah penghasilan,” kata Satrio kepada Radio Suara Surabaya, Minggu (15/3/2015).
Menurutnya, upaya pemkot yang mengubah bantaran sungai yang tadinya kumuh menjadi taman kota yang indah sudah cukup baik. Tapi, perilaku masyarakat yang sering membuang sampah di sungai, terutama plastik dan limbah cair, juga harus diubah.
“Banyaknya pencemaran dan sampah yang dibuang langsung ke sungai mengakibatkan pendangkalan dan kualitas air sungai menjadi buruk. Dampaknya, biota air mati dan terjadi banjir. Saat ini, sebanyak 40 persen ikan asli Sungai Brantas telah punah,” katanya.
Usaha jasa laundry yang belakangan menjamur di Kota Surabaya juga menjadi sorotan khusus bagi pemerhati lingkungan ini. Bio indikator tercemarnya sungai oleh limbah cair dari laundry ini adalah munculnya eceng gondok pada permukaan sungai.
“Limbah cair dari sekian banyak deterjen tersebut harusnya diolah dulu di Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) domestik sebelum dialirkan ke sungai,” kata Satrio.
Melalui peringatan hari air sedunia (22 Maret–Red), Satrio mengajak pemerintah kota maupun provinsi untuk melestarikan sungai dengan menerapkan program pengelolaan sungai berbasis masyarakat melalui pendampingan bagi warga bantaran sungai.
Satrio menambahkan, tiga hal yang harus diperhatikan dalam pelestarian sungai adalah kualitas air sungai harus memenuhi baku mutu, kuantitas air harus sama hingga kemudian hari, dan kontinuitas pemeliharaan.
“Mereka harus diyakinkan kalau sungai harus diselamatkan. Sungai adalah tempat tampungan air hujan, bukannya tempat sampah,” katanya. (iss/rst)