Sholeh, Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jawa Timur menilai pengelolaan tempat wisata di Surabaya belum maksimal.
“Surabaya membutuhkan investor untuk mengembangkan wisata buatan dan wisata bisnis karena Surabaya minim wisata alam. Contohnya saja wisata Meetings, Incentives, Conferencing, Exhibitions (MICE), convention hall di Surabaya belum bisa untuk menggelar konvensi internasional,” kata Sholeh kepada Radio Suara Surabaya, Sabtu (14/3/2015).
Naiknya jumlah kunjungan wisatawan di Bandara Juanda juga tidak memberi efek yang signifikan bagi perkembangan kunjungan wisata di Surabaya.
“Kebanyakan hanya untuk transit dan berbelanja di Surabaya sebelum ke Malang atau Batu untuk menikmati permainan, wisata buatan dan theme park,” katanya.
Menurutnya, harga tiket yang murah tidak menarik minat wisatawan jika pengelolaannya kurang profesional.
“Yang penting itu konsep dan pengembangan tempat wisata, bukan harga yang murah,” kata Sholeh.
Terkait potensi wisata heritage dan religi, Sholeh menilai walau berpotensi, namun jumlahnya tidak besar. (iss/ipg)