Sebelum menerima gelar Doktor Honoris Causa Tri Rismaharini, Wali Kota Surabaya membacakan pidato ilmiah berjudul “Kota Hijau dalam Dimensi, Inovasi, dan Manusia.” Dalam pidato tersebut termuat teori tentang inovasi pembangunan berbasis partisipasi masyarakat yang tergolong baru.
Teori inovasi pembangunan berbasis partisipasi masyarakat tersebut, kata Risma dapat mengurangi beban anggaran untuk pembangunan kota yang ditanggung pemerintah menjadi lebih rendah. Teori pembangunan tersebut, kata Risma, bila ada yang meneliti lebih detil tergolong teori baru.
“Selama ini banyak orang (pejabat pemerintah/kepala daerah, red) ngomong, “o tidak bisa dikerjakan karena biayanya belum turun,” selalu bilang begitu. Ini tidak terjadi di surabaya,” katanya kepada wartawan usai menerima gelar Doktor Honoris Causa di Graha ITS, Rabu (4/3/2015) pagi tadi.
Risma menjelaskan, luas kota Surabaya tidak sampai separuh dari luas DKI Jakarta. Selain itu, jumlah penduduk di Surabaya hanya seperempat dari jumlah penduduk DKI Jakarta. “Surabaya ini 362 kilometer, Jakarta 600 sekian kilometer. Penduduk Jakarta 10 (juta) penduduk Surabaya 3,2 (juta), kalau tidak pandai-pandai, kita tidak bisa membangun Surabaya seperti sekarang ini,” ujarnya.
Semua itu, kata Risma berkat partisipasi masyarakat dan peran media cetak, elektronik, maupun radio yang menyuarakan partisipasi tersebut. Inilah yang menurut Risma mendorong adanya percepatan pembangunan di Kota Surabaya. (den/rst)