Hampir sebagian besar masyarakat Indonesia saat ini sedang dilanda demam batu akik. Menurut Moch Khudori Ketua Pedagang dan Pengrajin Batu Permata Indah, tingginya minat masyarakat terhadap batu akik tidak hanya didasari motif untuk memenuhi kebutuhan fashion saja.
“Batu akik ini gengsinya tinggi. Mengoleksi batu akik bukan hobi yang sekadar hobi. Namun bagi orang yang sudah mengerti batu akik bisa dijadikan investasi. Bahkan, jika batu-batu yang dikoleksi agak langka, untungnya bisa dua kali lipat,” kata Khudori pada Radio Suara Surabaya Sabtu (21/2/2015).
Menurut Khudori, demam batu akik di Indonesia saat ini tidak hanya melanda orang-orang tua saja. Padahal, jamaknya dulu batu akik sangat identik dengan fashion orang tua. “Sekarang anak muda sudah banyak yang mengerti batu akik. Di Eropa sana, mengoleksi batu sudah jadi tren terutama bagi orang yang berduit,” ujarnya.
Untuk masalah batu apa yang paling potensial untuk diinvestasikan, dirinya mengaku tidak bisa menjelaskan, karena batu akik memang soal selera. “Kalau di Surabaya sendiri memang batu bacan yang populer. Namun itu tidak menjadikan batu dengan jenis lain tidak populer. Jadi tidak bisa digeneralisasi,” ungkapnya.
Untuk masalah investasi sendiri, Khudori menyarankan agar masyarakat tidak asal membeli batu akik. Menurutnya, untuk serius berinvestasi batu akik diperlukan kesabaran mulai dari hati dan pikiran.
“Jangan menggebu-gebu kalau membeli batu akik. Mentang-mentang sekarang lagi tren lalu membelinya asal-asalan. Karena zaman sekarang teknologi sudah canggih. Banyak batu akik di pasaran yang sudah dimodifikasi. Kadang batunya asli tapi warnanya tidak asli. Kadang batunya asli namun pori-porinya sudah tambalan. Jadi, intinya untuk serius berinvestasi batu akik memang harus sabar,” ujarnya.
Khudori melanjutkan, bagi para pemburu batu akik, khususnya bagi para pemula harus benar-benar menguasai empat elemen yang sangat penting agar investasi batu akiknya sukses.
“Mereka harus paham soal ukuran, warna, berat, dan kebersihan batu akik yang akan dibeli. Kalau di Surabaya, sering-sering datang di daerah Kayoon untuk melihat-lihat dan tanya pada para pedagang soal sertifikasinya,” paparnya. (dop/edy)