Sabtu, 23 November 2024

Imlek Esensinya Bersyukur dan Bersilaturahmi

Laporan oleh J. Totok Sumarno
Bagikan

Imlek ternyata bukan sekedar pesta pora menyambut tahun baru. Imlek esensinya adalah bersyukur dan bersilaturahmi. Bersyukur berkelimpahan rejeki dan kesehatan serta bersilaturahmi kepada segenap keluarga dan kerabat.

Meski saat ini semakin tidak banyak generasi muda yang mempertahankan ritual atau kebiasaan masyarakat Tionghoa ketika merayakan Imlek tetapi sebagian besar masih mengutamakan persembahyangan sebagai bagian pengucapan rasa syukur serta berkumpul bersama untuk saling bersilaturahmi.

“Setelah berdoa bersama di tempat peribadatan, memanjatkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa kepada para leluhur, kemudian kami berkumpul. Saling bertemu, saling mengucapkan selamat tahun baru. Biasanya disertai makan-makan. Justru itu yang paling penting. Kakek bertemu anak dan cucunya, bertemu menantu, keponakan serta keluarga lainnya. Esensinya bersyukur dan bersilaturahmi,” ujar Freddy H. Istanto Direktur Sjarikat Poesaka Soerabaia, Rabu (18/2/2015).

Freddy menambahkan di masa lalu, Imlek adalah waktu peralihan musim menuju musim semi bertepatan dengan masa tanam para petani di Tiongkok. Festival Musim Semi itu kemudian menjadi sebuah perayaan besar-besaran untuk menyambut tahun baru sesuai tradisi Tiognhoa. “Bagian terpenting dari perayaan itu adalah bersyukur,” tambah Freddy.

Saat ini, perayaan Imlek memang bergeser maknanya di mata anak-anak muda. Mereka lebih memilih berpesta setelah rampung berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa di klenteng-klenteng, perayaan Imlek berpindah ke resto-resto, ke cafe untuk bersama-sama relasi, teman dan orang-orang terdekat bergembira.

“Padahal yang terpenting setelah berdoa, bersyukur tahun lalu diberikan kesehatan dan kesejahteraan serta rejeki dan berharap di tahun baru berkelimpahan rejeki, sehat dan sejahtera. Mungkin memang sudah bergeser pemaknaannya. Tetapi sejatinya esensi dari Imlek adalah mensyukuri nikmat pemberian Tuhan serta berkumpul bersama keluarga,” tukas Freddy H. Istanto saat berbincang dengan suarasurabaya.net, Rabu (18/2//2015).

Ditemui di tempat berbeda, Vonny K. Wiyani Humas Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya justru memilih Imlek untuk sungkeman kepada orang tua sebagai bentuk rasa syukur. “Seperti tradisi Jawa, kami sungkeman. Berterimakasih dan bersyukur kepada Tuhan karena telah lahir melalui orang tua yang kemudian membesarkan dan membimbing kami,” ujar Vonny.

Setiap setahun sekali, bertepatan dengan Imlek, Vonny selalu menyempatkan diri untuk pulang ke rumah dan bertemu kedua orang tua dan melaksanakan sungkeman. “Selalu pulang ke rumah, dimanapun ketika itu kami berada. Untuk sungkem pada orang tua. Ini tradisi di keluarga saat merayakan Imlek,” pungkas Vonny K. Wiyani pada suarasurabaya.net, Rabu (18/2/2015).(tok/dwi)

Teks Foto:
– Berkumpul keluarga, bersyukur dan makan bersama merayakan Imlek.
Foto: Dok. suarasurabaya.net

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
34o
Kurs