Selama ini, banyak diantara kita yang menganggap Imlek erat kaitannya dengan suatu agama tertentu. Namun, anggapan ini ditepis oleh Elisa Kristiana, Dosen Jurusan Sastra Tionghoa, Universitas Kristen Petra.
“Sebenarnya, perayaan Imlek tidak berkaitan dengan agama, melainkan murni budaya. Imlek merupakan pergantian tahun yang dirayakan oleh semua masyarakat etnis Tionghoa, bukan hanya penganut agama tertentu,” kata Elisa Kristiana, Dosen Jurusan Sastra Tionghoa, Universitas Kristen Petra kepada suarasurabaya.net, Selasa (17/2/2015).
Secara spesifik, Imlek mengacu pada perayaan musim semi. Bagi masyarakat di dataran China, perayaan musim semi menjadi tradisi besar-besaran. Alasannya, dahulu China merupakan negara agraris, dimana mayoritas masyarakatnya berprofesi sebagai petani. Masa panen para petani datang bersamaan dengan datangnya musim semi.
Sekedar informasi, anggapan umum tersebut bermula dari tradisi perayaan Imlek yang dikisahkan turun temurun. Contohnya, pada malam tahun baru, pintu tidak ditutup untuk menyambut dewa harta atau dewa kekayaan. “Hal itu berkaitan dengan kepercayaan dan diceritakan oleh orang tua jaman dulu,” kata dia. (ica/iss/dwi)