Hamdhani anggota Komisi VI (perdagangan) Fraksi NasDem mengundang Mr. Susumu Takonai Direktur bagian Politik Kedubes Jepang di ruang Fraksi.
Pertemuan membahas hubungan Indonesia-Jepang utamanya soal perdagangan, investasi, sampai hubungan ekonomi Jepang-Korea Selatan yang sedang bermasalah.
Awalnya, Hamdhani menyampaikan kepada Takonai soal posisi politik partai NasDem dengan pemerintahan Jokowi.
“Kita menjelaskan bahwa NasDem mendapatkan perolehan suara baik pada Pemilu 2019 ini dan sebagai pendukung presiden. NasDem jugaa tidak memungut mahar politik atau saksi dan lainnya dalam pemilu 2019,” ujar Hamdhani dalam pertemuan dengan Takonai, Rabu (24/7/2019).
Berdasarkan penjelasan Takonai, Hamdhani mengatakan kalau investasi Indonesia-Jepang mengalami penurunan, sehingga ke depan harus diperbaiki.
“Kemudian dikaitkan dengan investasi dijelaskan, hubungan Jepang-Indonesia sudah berjalan bagus selama puluhan tahun, tapi ada kendala-kendala yang harus diperbaiki,” jelasnya.
“Dalam segi investasi ini, terutama tax holyday, kemudian juga peringkat investasi kita di mata mereka menurun. Kalau dulu bisa nomor satu sekarang kalah dengan India,” imbuhnya.
Yang tidak kalah penting juga, kata dia, hubungan Jepang dan Korea Selatan sekarang ini ada perselisihan, yang mana ada pembatasan ekspor baik teknologi bahan semikonduktor untuk perusahaan perusahaan Korea di Seoul itu ada pembatasan dari pemerintah Jepang.
“Ini yang tidak diterima oleh Korea Selatan. Jadi dua negara ini berselisih paham. Tapi fraksi NasDem ingin memperbaiki karena kita bersahabat dengan Jepang maupun Korea Selatan. Jangan sampai implikasinya bisa ke Indonesia,” ujar dia.
Sementara, Takonai menegaskan kalau China bukan merupakan ancaman persaingan investasi ke Indonesia.
“Tidak juga ya, karena bidangnya berbeda. Hubungan China dengan Jepang baik juga, karena saling bersaing berarti kami bisa meningkatkan kualitas juga. Jadi China bukan ancaman bagi Jepang soal investasi di Indonesia,” jelas Takonai.
Jepang, kata Takonai, tetap mengandalkan manufaktur untuk hubungan perdagangan dengan Indonesia.
“Masih tetap manufaktur karena ini keunggulan Jepang juga,” pungkas Takonai.(faz/dwi/ipg)