Muhammad Nuh, mantan Rektor Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, mengatakan, kemandirian di bidang teknonolgi otomotif tidak bisa hanya dibangun dalam satu atau dua tahun saja, tetapi harus lintas waktu pemerintahan. Kalau sampai terputus, maka harus mengulang lagi dari awal.
“Dibutuhkan komitmen dari para pemangku kepentingan terhadap penguatan teknologi dan komitmen untuk memasukkan dalam produksi massal,” kata Nuh kepada Radio Suara Surabaya, Minggu (8/2/2015).
Nuh menjelaskan, pembuatan Mobnas harus melalui rute map yang jelas. Langkah pertama adalah research teknologi yang membutuhkan dana yang sangat besar, sehingga tidak mungkin dibebankan pada sektor industri nasional.
Tidak mungkin bagi Indonesia untuk bersaing di kelas mobil konvensional yang berbahan bakar minyak. Nuh menilai, mengembangkan mobil listrik adalah pilihan yang paling tepat. Dari segi waktu, saat ini negara lain juga masih dalam tahap mengembangkan teknologi mobil listrik sehingga Indonesia masih bisa mengejar.
Sesuai namanya, seharusnya Mobnas harus dibuat oleh anak bangsa dan juga dibuat di tanah air. Meski tidak mungkin membuat semua komponennya sendiri, setidaknya konsep dasar dan komponen utamanya. Jika sudah diproduksi massal, Nuh menilai tidak perlu menjual ke negara lain karena pangsa pasar dalam negeri sudah menyamai negara-negara Eropa.(iss/rst)