Cuaca ekstrem di wilayah Kabupaten Lumajang Jawa Timur belakangan ini berdampak terhadap ketinggian ombak di sepanjang pesisir pantai selatan. Selama dua pekan terakhir, ketinggian ombak pantai selatan dilaporkan mencapai 3 meter. Akibatnya, nelayan libur melaut dalam rentang waktu cukup lama.
Hal itu disampaikan Hendro Wahyono Kepala Bidang Pencegahan, Kesiapsiagaan dan Logistik BPBD Kabupaten Lumajang kepada Sentral FM, Selasa (3/2/2015). Dikatakannya, ketinggian ombak seganas ini membuat nelayan di wilayah Kecamatan Tempursari memilih untuk tidak melaut.
“Para nelayan juga telah kita berikan imbauan untuk tidak melaut terlebih dulu karena cuaca ekstrem dan ketinggian ombak 3 meter. Imbauan ini kita smapaikan berjenjang dari BPBD ke aparatur Kecamatan sampai Desa,” katanya.
Imbauan itu, masih kata Hendro Wahyono, juga dipertegas dengan rekomendasi Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Lumajang. “Imbauan disampaikan kepada para nelayan di Desa Bulurejo dan Tempurejo. Di kedua Desa ini ada sebanyak kurang lebih 400 nelayan,” katanya.
Sebagai gantinya, seperti biasa ketika cuaca memburuk, maka para nelayan akan beralih dengan pekerjaan lainnya. “Yakni ke sawah, membuat pindang atau yang lainnya. Potensi ombak ganas ini sesuai prakiraan BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika) akan terjadi hingga pertengahan Februari mendatang,” paparnya.
Namun, ada nelayan yang berani tetap melaut karena tuntutan penghasilan. Hanya saja, jumlahnya sedikit dan mereka adalah yang berpengalaman. Hal ini disebabkan, memasuki bulan Februari ini, potensi ikan lemuru dan tongkol atau tuna di laut selatan Lumajang cukup melimpah.
Untuk setiap kapal dengan ukuran mesin 25 PK dengan dua sampai 3 awak, bisa menghasilkan sampai 50 kilogram hingga 1 kwintal ikan segar dalam sekali melaut. Kapal berukuran kecil ini, ditangan awak yang berpengalaman, mampu membelah ombak ganas dengan ketinggian 3 meter seperti saat ini.
Meski demikian nelayan tetap diwanti-wanti untuk waspada demi keselamatan jiwanya sendiri. “Memang kapal nelayan di Tempursari ini berukuran kecil. Dengan jarak tempuh sekitar 1 mil laut saja. Karena mesinnya kecil dengan bahan bakar terbatas sehingga jarak tempuhnya juga terbatas,” ujar Hendro Wahyono. (her/dop/rst)