Sabtu, 23 November 2024

Raja Abdullah Wafat, Harga Minyak di Asia Melonjak

Laporan oleh Dwi Yuli Handayani
Bagikan

Harga minyak melonjak pada awal perdagangan di Asia, Jumat (23/1/2015) karena berita wafatnya Raja Abdullah, Arab Saudi, menambah ketidakpastian di pasar energi yang sudah menghadapi beberapa perubahan terbesar dalam beberapa dekade terakhir.

Abdullah meninggal pada Jumat (23/1/2015) pagi dan saudaranya Salman menjadi raja dalam sebuah pernyataan yang disiarkan oleh televisi milik negara.

Patokan AS, minyak mentah berjangka light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) naik lebih dari dua persen ke setinggi 47,76 dolar AS per barel pada awal perdagangan di Asia.

Patokan internasional, minyak mentah berjangka Brent dibuka naik hampir 1,5 persen pada 49,10 dolar AS per barel pada pukul 01.00 GMT.

Berita mengenai meninggalnya Raja Saudi datang di tengah beberapa perubahan terbesar di pasar minyak dalam beberapa dekade terakhir.

“Ketakutan yang tidak diketahui menjadi pendukung harga minyak mentah,” kata John Kilduff, mitra, Again Capital LLC di New York seperti dilansir Antara.

“Raja Abdullah merupakan sosok dari arsitek untuk mempertahankan produksi yang tinggi dan memaksa keluar pemain yang lebih kecil daripada memangkas produksi,” tambahnya.

Harga minyak telah kehilangan lebih dari separuhnya nilainya sejak berada dipuncaknya di atas 100 dolar AS pada Juni tahun lalu, karena melonjaknya persediaan berlawanan dengan penurunan permintaan.

Booming produksi shale (serpih) di AS telah mengubah Amerika Serikat dari pengimpor minyak terbesar dunia menjadi produsen terbesar, memproduksi lebih dari sembilan juta barel per hari.

Untuk memerangi lonjakan produksi dan penurunan harga, banyak pengekspor minyak, seperti Venezuela ingin Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) memotong produksinya dalam upaya untuk mendukung harga dan pendapatan.

Namun, dipimpin oleh Arab Saudi, OPEC mengumumkan pada November lalu bahwa kartel mempertahankan produksinya stabil pada 30 juta barel per hari.

Brent, yang sudah jatuh ke 77 dolar AS per barel pada waktu pertemuan OPEC, jatuh seperempatnya selama bulan berikutnya karena pasar mencerna fakta OPEC tidak akan datang untuk menyelamatkan harga.

Keputusan OPEC untuk tidak bertindak, yang dipimpin oleh Arab Saudi, bertujuan mempertahankan pangsa pasar terhadap produsen minyak serpih (shale oil) AS serta pengekspor non-OPEC lainnya seperti Brasil atau Rusia. (ant/dwi)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
28o
Kurs