Sabtu, 23 November 2024

Masyarakat Jatim Mulai Meninggalkan Kebiasaan Makan Nasi

Laporan oleh Fatkhurohman Taufik
Bagikan
Ilustrasi

Masyarakat Jawa Timur ternyata mulai meninggalkan pola konsumsi makan beras. Data yang dimiliki Badan Ketahanan Pangan (BKP) menunjukkan saat ini konsumsi beras di Jawa Timur tinggal 88,6 kilogram perkapita pertahun.

“Padahal rata-rata nasional konsumsi beras saat ini masih di atas 100 kilogram perkapita pertahun,” kata Tutut Herawati, Kepala BKP Jawa Timur, Kamis (22/1/2015).

Menurut dia, penurunan tingkat konsumsi beras di Jawa Timur saat ini memang sangat mencolok. Pada tahun 2010 misalnya, tingkat konsumsi masih diangka 94,7 kilogram pertahun. Dengan demikian, tiap tahun setidaknya ada penurunan konsumsi sebesar 1,5 persen.

Menurut Tutut, untuk memenuhi karbohidrat, masyarakat saat ini memang tak perlu lagi mengandalkan beras. Pemerintah saat ini juga terus menggalakkan program Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP).

“Untuk tahunu 2015 ini, target kita tingkat konsumsi beras di Jatim bisa turun menjadi 87,4 kilogram perkapita pertahun,” kata Tutut.

Untuk mendukung program ini, pemerintah Jawa Timur juga telah menyiapkan beberapa alternatif pangan guna mengurangi ketergantungan masyarakat pada konsumsi beras. Salah satunya yakni berupa beras analog yang terbuat dari tepung mocaf atau produk olahan dari ubi kayu berupa tepung yang diberi nama beras cerdas.

Beras cerdas analog ini juga sudah dimodifikasi dengan rasa sayur-sayuran sehingga juga bisa diberikan untuk balita. “Beras cerdas analog ini bagus untuk balita dan penderita diabet. Pembuatannya kerjasama dengan kelompok tani di beberapa daerah seperti Blitar, Kediri, Jember, Bondowoso, dan Malang,” kata dia.

Kendati belum diproduksi dalam jumlah besar, namun beras cerdas ini diyakininya akan sangat membantu program diversifikasi pangan.

Beras analog sendiri merupakan produk olahan yang dibuat dengan bahan dari 70 persen mocaf dan 30 beras. Untuk bentuknya, campuran bahan tersebut dicetak hingga menyerupai bulir beras, sehingga masyarakat yang terbiasa mengkonsumsi beras bisa menjadikan beras analog ini menjadi bahan konsumsi pengganti.

Tutut mengatakan, rekayasa pangan alternatif ini, merupakan hasil kerjasama antara pemerintah dengan Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember. Riset telah dimulai sejak awal 2011 dan saat ini sudah mulai diproduksi. (fik/rst)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
35o
Kurs