Penutupan jalur pendakian Gunung Semeru oleh Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BB TNBTS) berdampak terhadap masyarakat Desa Ranu Pane, Kecamatan Senduro sebagai desa yang menjadi titik awal pendakian ke Gunung tertinggi di Pulau Jawa ini.
Dampak itu terutama dirasakan oleh masyarakat setempat yang selama ini menjalani profesi sebagai tenaga guide dan porter pendakian. Penutupan jalur pendakian berarti penghasilan mereka jadi terputus dan terpaksa harus menekuni pekerjaan semula dengan kembali ke ladang.
Hal ini diakui Paringotan Sinambela Ketua Paguyuban Guide dan Porter Semeru di Desa Ranu Pane, Kecamatan Senduro ketika dikonfirmasi Sentral FM, Jumat (9/1/2015). Dikatakannya, sejauh ini tercatat sebanyak 80 warga Desa Ranu Pane yang menekuni profesi sebagai guide dan porter.
Namun yang banyak adalah porter karena tenaga guide-nya hanya 5 orang saja. Perbedaan guide dan porter adalah lebih kepada kemampuan SDM-nya saja. Tenaga porter bertugas membawa barang pendaki yang diantar dan guide hanya menjadi penunjuk jalan sekaligus menjadi komunikator di lapangan,” kata Paringotan Sinambela yang akrab di sapa Pak Ingot ini.
Pria yang juga tercatat sebagai salah-satu elemen SAR Kabupaten Lumajang ini menyampaikan, penutupan jalur pendakian Semeru sejak 1 Januari hingga akhir Maret mendatang, sebagai hal yang rutin dilakukan setiap tahun.
“Sehingga porter dan guide Semeru tidak kaget karena sudah biasa. Meski, dampaknya mereka tidak lagi bisa mendapatkan penghasilan dengan mengantar dan menjadi penunjuk jalan bagi pendaki,” paparnya.
Disampaikan Pak Ingot, saat ini 80 guide dan porter Semeru kembali bercocok tanaman sayuran di ladang milik mereka yang banyak terhampar di tebing-tebing bukit yang mengelilingi Desa Ranu Pane.
Ada yang bertani kentang, kol, kubis, wortel, bawang daun dan berbagai jenis komoditi hortikultura lainnya. “Memang pekerjaan bertani adalah pekerjaan utama mereka, namun penghasilannya jelas kalah dibandingkan dengan mengantar pendaki,” bebernya.
Untuk bercocok tanam, masih kata Pak Ingot, minimal harus menunggu sampai tiga bulan untuk bisa mendapatkan hasil. Dan penghasilan yang bisa diraih tidak sebesar menjalani profesi menjadi guide atau porter.
“Perbandingannya, sebagai poter, sekali mendapatkan job mengantar pendaki tarifnya Rp. 150 ribu perhari. Sekali naik, paling tidak 3 sampai 4 hari. Jadi sekali mendapat job, seorang porter bisa memperoleh penghasilan Rp. 450 ribu sampai Rp. 600 ribu. Padahal, dalam sebulan seorang porter bisa mendapatkan job minimal 5 kali dan maksimal 10 kali, jadi hitung saja penghasilan mereka,” urainya.
Berbeda dengan tenaga guide, tarif mereka perhari Rp. 250 ribu. Namun jika tugas guide hanya ngedrop pendaki ke titik pendakian tertentu dan kembali dalam sehari, tarif mereka Rp. 200 ribu saja. “Namun secara keseluruhan job yang diperoleh sama saja dengan porter hanya berbeda tarif saja,” jlentrehnya.
Job yang diperoleh tenaga guide maupun porter Semeru tidak hanya pendaki yang mendadak datang dan memesan tenaga mereka untuk mengantar pendaki melalui koordinasi Paguyuban saja. Pasalnya, Paguyuban Porter dan Guide Semeru saat ini juga telah memanfaatkan piranti IT untuk membuka booking pesanan jasa mereka kepada pendaki yang akan datang.
“Biasanya mereka membooking melalui situs kami di internet, dengan menyebutkan tangga kedatangan dan berapa lama akan memakai jasa porter dan guide yang dibutuhkan. Begitu mereka datang, kami pun bersiap. Ini kelebihannya, sehingga kami bis amengatur tenaga porter dan guide yang tergabung dalam Paguyuban ini, sehingga seluruhnya mendapatkan job dengan adil untuk menbambah penghasilan keluarga mereka,” terangnya.
Selama penutupan jalur pendakian Semeru, lanjut Pak Ingot, 80 tenaga guide dan porter Semeru juga dilibatkan Balai Besar TNBTS untuk melakukan pengecekan dan perbaikan jalur.
“14 Januari smapai 16 Januari depan, kami akan melakukan pendakian bersama petugas TNBTS untuk mengecek sekaligus memperbaiki jalur. Kita akan periksa papan penunjuk arah yang ada. Jika rusak, akan diperbaiki guna persiapan pembukaan jalur pendakian berikutnya,” pungkas Pak Ingot. (her/ipg)
Teks Foto :
– Pendakian Gunung Semeru.
Foto : Dok. Sentral FM