Sabtu, 23 November 2024

Asal Mula Low Cost Carrier

Laporan oleh Iping Supingah
Bagikan
Low Cost Carrier Terminal (LCCT) di Kuala Lumpur, Malaysia. Foto: Iping suarasurabaya.net

Awal mula Low Cost Carrier (LCC) dirintis Maskapai Southwest pada tahun 1967. Fenomena Southwest jadi fenomena kajian bisnis penerbangan yang sangat menarik dibahas di Universitas Harvard dan berbagai sekolah bisnis dunia.

Efisiensi yang dilakukan mencakup tarif, teknologi, struktur biaya, dan rute hingga berbagai peralatan operasional yang digunakan.

Keberhasilan Southwest kemudian banyak ditiru oleh maskapai lainnya seperti Vanguard, America West, Kiwi Air, dan Ryanair pada dekade 90-an.

Low Cost Carrier juga ditiru di Asia dengan munculnya Air Asia di tahun 2000 yang bermarkas di Malaysia dan Virgin Blue di Australia. Sedangkan di Indonesia muncul Lion Air dan Wings Air.

Umumnya, ciri-ciri maskapai tersebut menerapkan LCC antara lain :

1. Semua penumpangnya adalah kelas ekonomi, tidak ada penerbangan kelas premium atau bisnis.
2. Kapasitas penumpangnya lebih banyak daripada kapasitas pesawat dengan layanan tradisional sehingga terlihat penumpang berdesak-desakkan. Hal ini untuk menaikkan revenue pesawat mengingat tarif yang sangat murah.
3. Maskapai tersebut memiliki satu tipe pesawat untuk memudahkan training dan meminimize biaya maintenance dan penyediaan spare part cadangan. Biasanya pesawatnya baru atau umurnya masih muda sehingga hemat dalam konsumsi fuel (avtur).
4. Maskapai menerapkan pola tarif yang sangat sederhana pada satu tarif atau tarif sub classis dengan harga mulai dari tarif diskon hingga mencapai 90%.
5. Tidak memberikan layanan catering, di pesawat umumnya hanya disuguhkan air mineral.
6. Kursi yang disediakan tidak melalui pemesanan, siapa penumpang yang masuk lebih dahulu dalam pesawat, dia yang pertama memilih kursi yang dia tempati.
7. Penerbangan dilakukan di pagi buta atau malam hari untuk menghindari biaya yang mahal pada layanan bandara pada saat jam-jam sibuk.
8. Rute yang diterbangi sangat sederhana biasanya point ke point untuk menghindari miss conection di tempat transit dan dampak delay dari akibat delay flight sebelumnya.
9. Memberlakukan penanganan ground handling yang cepat dan pesawatnya mempunyai utilisasi jam terbang yang tinggi.
10. Maskapai melakukan penjualan langsung (direct sales), biasanya via call center dan internet untuk meminize cost channel distribusi. LCC tidak dijual melalui travel agent, dan tidak menggunakan Channel Distribusi GDS (Global Distribution System) seperti Abacus, Galileo, dll.
11. Penjualan tidak menggunakan tiket konvensional, cukup secarik kertas berupa kupon untuk mereduksi ongkos cetak tiket.
12. Seringkali maskapai melakukan ekspansi promosi besar-besar untuk memperkuat positioning dan komunikasi karena menerapkan strategi direct sales.
13. Karyawannya melakukan multi role dalam pekerjaannya, seringkali pilot dan pramugari juga sebagai cleaning services saat ground handling.

Definisi Low Cost Carrier

Istilah penerbangan low cost atau sering disebut Low Cost Carrier (LCC) merupakan model penerbangan yang unik dengan strategi penurunan operating cost.

Dengan melakukan efisiensi cost di semua lini maskapai melakukan hal-hal di luar kebiasaan maskapai pada umumnya. Kalau airlines pada umumnya melakukan penambahan layanan yang memiliki value added dengan penambahan catering, penyediaan koran atau majalah internal, in flight entertainment, in flight shop, lounge, dan lain sebagainya.

Berlawanan dengan hal itu, LCC melakukan eleminasi layanan maskapai tradisional yaitu dengan pengurangan catering, minimize reservasi dengan bantuan teknologi IT, sehingga layanan nampak sederhana dan bisa cepat.

Pelayanan yang minimize ini berakibat dalam hal penurunan cost, tapi faktor keselamatan tetap dijaga untuk menjamin keselamatan penumpang sampai ke tujuan.

Intinya produk yang ditawarkan berprinsip biaya rendah untuk menekan ongkos operasi supaya bisa menjaring segmen pasar bawah yang lebih luas.(berbagai/gk/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
33o
Kurs