Tim dari Pusat Penerbangan Angkatan Laut Juanda mengatakan, proses evakuasi dan pencarian korban pesawat Air Asia QZ 8501 hari ini, Rabu (31/12/2014) terhambat oleh cuaca yang tidak mendukung.
“Kondisi cuaca tidak memungkinkan, di lokasi pencarian dan evakuasi sedang turun hujan deras,” kata Letnan Kolonel Laut Pelaut Edwin Komandan Wing 1, Pusat Penerbangan Angkatan Laut Bandara Juanda, kepada suarasurabaya.net, Rabu (31/12/2014).
Edwin menjelaskan, dari pantauan udara menggunakan pesawat CN 235 TNI AL yang diterbangkan Pilot Letkol Ery Siswanto, Co-Pilot Novi Manunggal, Engginering Sersan Satu Rockhimin, dan operator radar Letnan Satu Ajun, terlihat jelas bahwa gelombang laut cukup tinggi.
Untuk jarak pandang juga tidak memungkinkan melihat situasi di perairan laut bebas yang dekat dengan Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah.
“Jarak pandang 1 kilometer, ketinggian gelombang laut 3 meter. Hal itu mengganggu dan menghambat proses pencarian juga evakuasi,” terang dia.
Meski gelombang tinggi dan jarak pandang tidak memungkinkan mencapai 1 kilometer. Para korban yang sudah ditemukan yakni 7 orang penumpang Air Asia QZ 8501, akan tetap dilakukan evakuasi dan dibawa ke Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah.
“Korban yang sudah ditemukan akan dibawa ke Surabaya. Kami tetap koordinasi dengan Basarnas yang ada di Pangkalan Bun dan Basarnas Surabaya ataupun dengan TNI Angkalan Laut di Bandara Juanda, yang akan dijadikan lokasi kedatangan jenasah,” ujar dia.
Sekadar diketahui, pesawat Air Asia QZ 8501 rute Surabaya-Singapore, dengan data sebanyak 155 penumpang, 137 dewasa, 17 anak, 1 bayi, kehilangan kontak sejak Minggu (28/12/2014) pagi. (riy/ono/rst)