Pengadilan merupakan langkah yang paling tepat mengatasi kebuntuan perundingan Partai Golkar versi Munas Bali dan Ancol
Bambang Soesatyo Bendahara Umum Partai Golkar hasil Munas Bali mengatakan, mulai saat ini, tidak ada lagi politik burung onta, burung Garuda, Golkar hitam atau Golkar putih.
Bambang berharap semua pihak menahan diri sambil menunggu perundingan menuju Islah antara kubu Aburizal Bakrie (ARB) dan Agung Laksono.
“Kami setuju, semua pihak harus menahan diri untuk tidak berkomentar yang dapat mengganggu proses perundingan. Kami sendiri akan puasa bicara untuk menghormati para juru runding yang sedang bernegosiasi guna mencapai islah,” tegas Bambang di Jakarta, Rabu (24/12/2014).
Dia berharap bulan Januari, paling lama Februari tahun depan Golkar sudah bersatu kembali tanpa ada hambatan. Dengan demikian, dorongan untuk Munas rekonsiliasi tidak diperlukan lagi. Namun, apabila deadlock atau menemui jalan buntu, maka jalan terbaik yang mungkin untuk ditempuh adalah pengadilan.
Kata Bambang, keputusan pengadilan nanti, harus dihormati oleh kedua kubu.
“Agar ada kepastian hukum bagi masa depan partai Golkar. Jika pengadilan memenangkan kubu Munas Bali, maka kubu Ancol Jakarta harus patuh dan tunduk serta ikut Kubu Munas Bali. Begitu juga sebaliknya. Jika Kubu Ancol Jakarta yang dimenangkan, maka kubu Bali yang harus ikut,” ujar Bambang.
Menurutnya, dengan keputusan pengadilan, maka para kader di tataran akar rumput tidak dibingungkan dengan pilihan “siapa ikut ke mana”.(faz/ipg)